Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bang Pitung

10 Juni 2023   15:50 Diperbarui: 10 Juni 2023   21:59 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sampai saat ini belum ada yang berani mencobanya. Barangkali kamu mau jadi yang pertama." Jelasnya dengan mimik muka yang tidak sedang bercanda.

Hingga tiga tahun perjalanan tawuran aku belum pernah bertemu sekali pun dengan sosok Bang Pitung. Inilah yang terkadang membuatku merasa penasaran sebelum memulai pertarungan, sebegitu hebatkah Bang Pitung yang dimaksud, sehingga tak ada satu pun yang berani bermain-main sewaktu berhadapan dengannya. Ingin sekali aku membuktikan sendiri kehebatan dari sesosok legendaris itu dengan mengajaknya duel satu lawan satu.

***

Seperti biasa, sejenak waktu pertarungan selalu terasa sangat lama. 5 menit perkelahian, serasa sudah berjam-jam lamanya, khususnya bagi pihak yang tersudut dan menunggu waktu untuk mengakui kekalahan.

Untunglah pada tawuran kali ini, keberuntungan masih menaungi geng dari sekolahku. Aku sudah menundukkan ketua geng dari sekolah itu dan hendak melayangkan sekali dua kali sapaan yang akan mengantarnya beristirahat tenang di rumah para pesakitan. Namun, belum sempat aku menuntaskan hajatku itu tetiba aku dikejutkan dengan sebuah teriakan.

"Aji, berhenti Ji. Ada Bang Pitung." Teriak salah seorang anggota gerombolan gengku sambil menunjuk pada sosok yang dimaksud.

Aku mencoba mengikuti arah telunjuk yang dimaksud. Tampak seorang lelaki muda yang mengendarai motor tua, Honda C70 menyibak jalanan dengan begitu tenangnya. Kendaraannya berjalan dengan sangat perlahan, kecepatannya mungkin tak lebih dari 25 kilometer per jam. Lelaki itu persis menatapku dengan pandangan yang teduh sembari tersenyum dan terus berjalan.

Entah kenapa, seketika bulu kudukku serasa berdiri semua sewaktu melihat tatapan seseorang yang bergelar Bang Pitung itu. Pandangannya seakan membuka kesadaranku bahwa yang baru saja kutemui bukanlah orang biasa. Dengan sekali tatap saja, seakan langsung lunglai semua otot dan syaraf di sekujur tubuhku.

Aku langsung mengurungkan niat untuk menendang perut lawan yang masih tergeletak di tepi jalan. Si pesakitan itu pun segera bangkit dari pembaringannya dengan dibantu oleh dua rekannya.

Pada pertarungan kali ini seakan semuanya bersepakat bahwa pertarungan kali ini harus disudahi tanpa lagi peduli siapa pemenangnya. Sebab apalah artinya kemenangan jika semua harus tunduk dengan hadirnya seorang pengendara.

Aku benar-benar tidak menyangka, pada akhirnya aku akan bertemu dengan sosok legendaris bernama Bang Pitung itu. Sosoknya begitu kharismatik yang lantas menyadarkanku bahwa kehebatanku selama ini tak bernilai apa-apa ketika sudah di hadapan wibawanya. Sepanjang malam aku selalu dihantui angan-angan untuk menyudahi kebiasaanku berkelahi dengan para geng dari sekolah lain. Kekuatanku seakan sudah lenyap semua hanya karena sebuah pandangan mata.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun