"Bisakah kau menunjukkan keadaan negeriku di masa depan?" Pintaku setelah lekas paham dengan maksud ucapannya.
"Apakah maksud Tuan, Indonesia?" ia bertanya menegaskan.
"Benar, negeri dan tumpah darahku, Indonesia."
"Baik. Mengenai negeri yang Tuan maksud barangkali nanti akan berganti nama. Akan tetapi, secara tata letak kurang lebih ia tidak akan berbeda."
Aku mafhum mengenai pergantian nama ini. Sebab konon sebentar lagi negeri ini pun akan berganti nama dengan Nusantara. Namun, bagiku pergantian nama ini tidaklah terlalu penting. Sebab yang utama adalah aku bisa tahu tentang keadaannya di masa depan.
"Baiklah, kalau begitu." Tanggapku kemudian.
"Kapan saja sekiranya Tuan sudah siap, silakan."
"Sekarang pun aku siap." Jawabku sambil membisikkan nama Tuhan di dalam hati.
"Baik. Mohon pejamkan mata Tuan barang sejenak."
Aku memejamkan mata, persis sebagaimana pintanya.
"Sekarang, silakan membuka mata Tuan." Ujarnya beberapa saat kemudian.