Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai isi dari tulisan ini alangkah baiknya jika kita sekali lagi memberi sebuah penekanan bahwa yang sedang kita bahas kali ini adalah tentang sebuah mobil baru dan bukan mobil yang kondisinya sudah tangan kedua atau second hand.Â
Sebab mengenai bahasan mobil bekas atau second ini saya kira kita tidak perlu banyak mengulas kembali. Lantaran kita telah sama-sama tahu kalau harganya cenderung turun seiring bergantinya tahun.
Akan tetapi untuk kasus-kasus tertentu mungkin Anda juga pernah menemukan sebuah pengecualian tentang mobil second yang harganya kian melambung. Misalnya saja jika mobil tersebut adalah bekas milik dari seorang publik figur, mobil yang sudah masuk ranah hobi, maupun mobil yang habis di-review oleh seorang youtuber, influencer atau pedagang mobil yang pandai menggoreng harga.
Dan tentu saja hal demikian merupakan faktor yang jarang terjadi. Apalagi bagi kita yang tak memiliki rasa tega kemampuan untuk mempengaruhi orang lain.
Jika Anda biasa mengamati harga mobil baru dari tahun ke tahun, maka hampir dapat dipastikan akan menjumpai harganya yang kian melambung. Kenaikan harga mobil ini pada umumnya juga dibarengi dengan daya tawar dari si mobil yang kian menarik.Â
Misalnya saja tampilan eksteriornya yang kian edgy, fitur-fitur di bagian dalam mobil yang kian memberi kenyamanan sekaligus keamanan bagi si pengendaranya dan seterusnya. Di antara kemajuan itulah yang kemudian juga menjadi daya saing mereka terhadap kompetitor produsen mobil yang serupa.
Jadi, dari sini para produsen mobil pun sebenarnya tidak bisa mematok harga jual produk semau mereka sendiri. Sebab di sisi yang lain mereka masih harus beradu kualitas maupun harga yang rasional dengan pabrikan-pabrikan mobil lain. Bahkan karena semakin ketatnya persaingan itulah yang kemudian menjadikan kenaikan harga mobil pun boleh dikata menjadi sangat lambat perubahannya.
Saya tahu, sejauh ini Anda mungkin masih mengernyitkan dahi berulang kali setelah membaca paparan saya tadi. Apalagi jika Anda adalah seorang otolover yang sangat update mengenai pasaran harga mobil baru yang terus melambung. Saya sangat memaklumi kebingungan Anda saat ini. Dan lama-lama saya pun menjadi tidak tega dengan kebingungan Anda. Hehe.
Baiklah, kalau begitu kita langsung masuk ke gambaran yang pertama saja. Untuk memudahkan deskribsi mengenai perubahan harga mobil yang sangat lambat ini saya akan menggunakan sampel yakni sebuah mobil Toyota Kijang yang sudah puluhan tahun mengaspal di bumi pertiwi.
Pada tahun 1994 yang lalu, pabrikan mobil yang terbentuk berkat kerja sama antara Indonesia dan Jepang ini sempat memiliki sebuah produk unggulan yang bernama Kijang Grand Ekstra. Waktu itu harga pasarannya adalah di kisaran 45 juta rupiah.
Sejak awal bercokol di negara kita Toyota Kijang rupanya tak henti-hentinya untuk berinovasi, hingga saat ini ia pun memiliki produk unggulan yang bernama Kijang Innova Venturer. Harga on the road (OTR) mobil yang biasa dipakai oleh Pak Jokowi untuk blusukan ini adalah sekitar 500 juta.
Dari kedua perbandingan ini (Kijang Grand Ekstra dan Kijang Innova Reborn Venturer) kiranya sudah sangat jelas bagi kita bahwa harga mobil Kijang kian melejit dari waktu ke waktu.
Dan ini berarti saya tidak konsisten dalam menyusun tulisan. Sebab di awal saya menyebut harga mobil baru cenderung turun sementara di deskribsi ternyata saya malah menjelaskan kalau harganya kian melejit. Bahkan semakin melejitnya harga mobil tersebut hingga ia pun menjadi semakin tak terjangkau oleh ukuran kantong kita yang tidak begitu tebal.
Baik, jika Anda kesal dan ingin lekas memaki saya atas inkonsistensi ini, saya pun akan mempersilahkan. Bahkan jika perlu Anda juga boleh untuk skip tulisan ini dan langsung terjun ke kolom komentar. Bagaimana? Sudah puas memakinya?
Baik, sekarang izinkanlah saya merampungkan tulisan yang belum kelar ini agar bisa memberi gambaran yang konsisten antara judul dan isi tulisan yang saya buat.
Jika penjelasan saya di awal tadi adalah mengenai harga mobil yang diukur dengan satuan rupiah, sekarang marilah kita coba untuk mengambil perbandingannya dengan komoditas yang lain yakni harga emas murni.
Pada tahun 1994 harga emas murni 24 karat per gramnya adalah di kisaran Rp 25.000. Ini artinya untuk memperoleh sebuah tunggangan yang legendaris pada waktu itu yakni Kijang Grand Ekstra, maka seseorang setidaknya harus menyiapkan 1.800 gram emas.
Lantas, berapakah nilai emas murni per gram sekarang?
Jika Anda bersedia mengeceknya di situs harga emas, maka Anda pun akan menemukan bahwa harga per gramnya adalah sekitar Rp824.000. Jadi, jika Anda memiliki tabungan 1.800 gram emas murni di masa sekarang, maka ini sama halnya Anda memiliki aset lancar senilai Rp1.483.200.000.
Apa yang bisa kita peroleh dengan uang segitu di masa sekarang?
Ya, sekurang-kurangnya adalah 2 Toyota Kijang Innova Venturer (kelas Kijang Innova yang tertinggi) ditambah bonus 1 Toyota Kijang Innova Reborn Diesel. Tentu saja, semuanya tumpangan itu dalam keadaan gres alias baru.
Dengan gambaran yang kedua ini saya yakin Anda bisa mengambil kesimpulan sendiri antara beberapa kemungkinan berikut: Pertama, harga mobil baru cenderung semakin murah dari waktu ke waktu jika dibanding dengan harga emas. Kedua, nilai mata uang kita semakin turun dari waktu ke waktu sekalipun ia dibandingkan dengan harga mobil baru yang nilainya sudah turun.
O iya, jika dari gambaran ini tiba-tiba Anda lekas tertarik untuk berinvestasi emas, saya cuma bisa mengingatkan, jangan lupa untuk bayar zakat. Ya, bayar zakat agar harta kita kian berkah dan membawa kebahagiaan baik ketika berada di dunia maupun ketika di akhirat.
Kapan pembayarannya? Jika emas Anda itu sudah mencapai satu nishab (93,6 gram) dan Anda sudah memilikinya selama satu tahun penuh (haul).
Bagaimana? Apakah Anda lekas tertarik untuk berinvestasi emas?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H