Pertama, menggunakan analisis fundamental
Analisis fundamental secara sederhana dapat dilakukan dengan mengamati kinerja perusahaan melalui laporan keuangan secara berkala. Dengan mencermati informasi yang tersaji pada laporan keuangan tersebut maka akan dapat ditelusuri berapa perubahan nilai aset, kewajiban, modal, pendapatan, biaya, laba per lembar saham (earning per share) hingga kapitalisasi nilai pasar saham dari waktu ke waktu.
Dengan demikian, maka para pemilik modal setidaknya dapat bercermin pada kinerja perusahaan sebelumnya sebagai proyeksi atas kinerja mereka di masa yang akan datang. Hal inilah yang pertama kali dapat dilakukan sebelum pada akhirnya mereka memutuskan untuk menanamkan modal pada perusahaan.
Akan tetapi, berbekal analisis fundamental saja kiranya belumlah cukup untuk melihat tren perubahan kinerja mereka di masa mendatang mengingat keadaan pasar tentu juga sangat mungkin dipengaruhi oleh faktor eksternal.
Oleh sebab itu, alangkah lebih komplit manakala pemilik modal maupun pemilik usaha juga mempertimbangkan beberapa variabel makro sebagai pelengkap analisis mereka. Misalnya saja, mereka mencermati perubahan kebijakan pemerintah, persaingan antar perusahaan, perubahan selera konsumen dan beberapa faktor lain yang kemungkinan memiliki korelasi terhadap kinerja perusahaan di masa mendatang.
Kedua, Menyusun hipotesis atas pasar yang efisien
Maksud dari adanya hipotesis atas pasar yang efisien ini adalah untuk memprediksi apakah harga aset yang tercermin pada analisis fundamental tersebut dapat dikatakan sebagai tingkat nilai yang ideal/efisien untuk pertimbangan investasi.
Hipotesis ini mengasumsikan bahwa harga aset/nilai saham merupakan cerminan atas nilai aset yang dimiliki oleh perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi valuasi saham pada sebuah perusahaan maka nilai pasar sahamnya pun cenderung semakin tinggi.
Ketiga, Memperhatikan kondisi pasar yang irrasional
Pada kondisi tertentu, pelaku bisnis pasti akan mengalami situasi dimana keadaan pasar yang sulit untuk diterima oleh nalar. Komoditas pasar yang dalam kondisi normal seharusnya memiliki harga yang wajar akan tetapi nilainya mendadak berubah begitu cepat akibat adanya faktor yang memicunya.
Tentu masih segar dalam ingatan kita fenomena harga masker pada bulan Maret tahun 2020 kemarin yang harganya tembus hingga jutaan rupiah per duz-nya. Kemudian, bunga janda bolong yang harganya menyentuh nilai puluhan hingga ratusan juta rupiah.