Artidjo Alkostar. Namun, setelah beberapa kali saya membaca kiprah beliau dalam bidang hukum di negeri ini, maka tidak perlu waktu yang lama bagi saya untuk dapat menyimpulkan bahwa beliau adalah sosok panutan yang luar biasa.
Saya mengaku dengan sejujur-jujurnya bahwa saya tidak pernah bertemu sekali pun dengan pakSelama menjabat sebagai hakim agung, berbagai perkara telah beliau rampungkan dengan rata-rata 1.000-an kasus setiap tahunnya. Tentu, ini bukanlah angka yang kecil untuk melambangkan kasus-kasus besar yang kerap terjadi di negeri ini yang pada akhirnya harus beliau selesaikan.
Dan untunglah, Tuhan telah menganugerahi beliau kemampuan berfokus sekaligus daya analisis yang luar biasa untuk menyelesaikannya, meski anugerah itu harus beliau peroleh dengan bertirakat cuti liburan dan menjalani kehidupan dengan sangat bersahaja.
Di saat kawan-kawannya yang lain mengajak cuti liburan, beliau selalu dengan ringan hati akan menolaknya. Sebab cuti liburan beliau anggap hanya akan menyita banyak waktu dan konsentrasinya untuk merampungkan kasus-kasus besar yang seakan tak ada habisnya menyelimuti negeri ini.
Secara tidak langsung, hal ini merupakan pertanda bahwa beliau merupakan sosok yang memiliki manajemen waktu yang luar biasa baik sehingga beliau senantiasa tidak rela jika sedetik pun waktunya akan ia gunakan untuk hal-hal yang kurang berharga.
Selanjutnya, bisa jadi, karena terlalu seriusnya beliau selama bertugas ini maka beliau pun akan dianggap oleh sebagian orang sebagai pribadi yang kurang piknik.
Akan tetapi, dengan semakin menumpuknya kasus-kasus korupsi dan berbagai kasus besar lain yang seakan tidak pernah ada habisnya di negeri ini, maka siapa kiranya yang akan tega untuk meninggalkannya hanya sekadar untuk kepentingan piknik. Apalagi sosok itu adalah pak Artidjo.
Selain itu, selama hidupnya beliau terkenal sebagai sosok yang sangat bersahaja. Beliau telah merasa sangat cukup dengan harta yang di kisaran 200 juta saja yang lengkap dengan fasilitas sepeda motor Honda Astrea lawas keluaran tahun 1978 dan Chevrolet minibus tahun 2004.
Selama hidupnya beliau telah terbukti mampu menepis segala ambisi untuk merengkuh harta dengan segala cara.
Maka, menjadi tidak mengherankan jika kemudian beliau telah terkabarkan berkali-kali mengusir para tamu yang berusaha memamerkan harta benda yang tak berharga itu di hadapannya sebagai uang suapan agar beliau memberi keringanan hukum atas perkara mereka.
Sikap zuhud atau kehati-hatian beliau terhadap harta itu seakan telah menjadi prinsip beliau dalam menjalani kehidupan. Beliau senantiasa merasa cukup meski hidupnya sangat bersahaja.
Dan di balik sikap zuhud beliau ini, seakan terpancar sebuah harapan yang nyata kepada Sang Penguasa semesta, yakni asalkan masalah-masalah korupsi yang tengah menyelimuti negeri ini akan segera cukup dan diakhiri sendiri oleh-Nya, maka beliau sangat rela menjalani kehidupan dalam kadar yang secukupnya saja.
Dengan pola hidup yang demikian, maka menjadi sangat wajar jika kemudian beliau seringkali menambahi masa hukuman para koruptor tak tahu diri yang berusaha mengajukan keringanan hukuman melalui pengajuan kasasi.
Langkah ini beliau tempuh dengan segudang harapan agar menjadi pelajaran sekaligus efek jera bagi para koruptor lain yang tidak sadar dengan kesalahan besarnya sendiri dan berusaha menghalang-halangi tugasnya dengan cara melobi keputusan yang seharusnya ia ambil secara adil.
Maka, menjadi sangat pantas jika kemudian sanksi bagi mereka yang mengganggu keputusan hukum yang adil itu adalah tambahan hukuman itu sendiri.
Akan tetapi, kemarin (28-2-2021) dengan diiringi hujan air mata sekawanan manusia yang merindukan keadilan bersama dengan semesta yang senantiasa mengiringi langkahnya, salah satu pilar penyangga langit keadilan di negeri ini telah kembali menghadap kepada Sang Pemiliknya, setelah beliau purna bakti menjalankan tugasnya di dunia.
Dengan berselimut gerimis di dalam hati penulis, melalui tulisan sederhana ini kiranya penulis juga akan mampu mengantar dan mempersaksikan perjalanan keshalihan hidup pak Artidjo yang kini telah hidup pada alam yang lain.
Selamat jalan pak Artidjo. Dengan segala daya yang telah Engkau dedikasikan untuk negeri ini, maka tanpa keraguan sedikit pun, penulis memberikan kesaksian dengan penuh kesungguhan bahwa Engkau adalah orang yang baik (shalih) yang semoga dengan seizin Allah SWT juga akan dikumpulkan bersama dengan orang-orang yang shalih.
Semoga Tuhan tetap akan mewariskan sosok-sosok hakim lain yang berjiwa besar sebagaimana Dia telah menitipkan pada negeri ini seorang hakim agung yang bernama Artidjo Alkostar. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H