Selain itu, sepatutnya mereka juga tahu bahwa sebenarnya aset yang mereka miliki saat ini sejatinya merupakan harta yang dapat diwariskan hingga ke anak cucu nanti. Bukankah meninggalkan mereka dalam keadaan yang berkecukupan itu lebih baik daripada harus meninggalkan mereka dalam keadaan yang serba kekurangan.
Dan untunglah, aksi beli mobil beramai-ramai ini tak serta merta dilakukan oleh seluruh warga Desa Sumurgeneng itu. Dilansir dari warta Kompas (19/2/2021), sebut saja mas Tain (38), warga yang satu itu rupanya lebih memilih mengalokasikan asetnya untuk membeli tanah, membangun rumah, merintis usaha dan sisanya lagi sebagai tabungan.
Saya kira mas Tain inilah diantara potret warga yang cermat dalam mengalokasikan asetnya untuk memulihkan dan memperbaiki perekonomian keluarga, setelah hunian dan usahanya harus berpindah akibat proyek kilang minyak Pertamina.
Dan sebagai penutup, sekali lagi, tulisan ini hanyalah pandangan dan saran dari penulis belaka, yang boleh diterima atau diabaikan begitu saja oleh siapa saja yang membacanya.
Akan tetapi, alangkah lebih bijak jika kita dapat berpikir secara cermat dan berpandangan jauh ke depan agar tidak terseret pada pola konsumsi yang sifatnya ikut-ikutan. Kecuali, jika Anda adalah seorang anak sultan yang senantiasa terjamin hidupnya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H