Sebab, sebenarnya Tuhan sendiri pun pernah mengingatkan kita bahwa boleh jadi kita membenci sesuatu padahal sebenarnya itu baik bagi kita. Pun sebaliknya, mungkin saja kita menyukai sesuatu padahal sejatinya itu buruk bagi kita.Â
Jika ingin melihat redaksi versi asli dari penjelasan ini, silakan Anda telusuri pada QS Al-Baqarah ayat 216.Â
Sebagai gambaran contoh sederhananya, saat kita sedang sakit bisa jadi kita benci jika disuruh untuk minum obat apalagi disuntik oleh dokter. Padahal di balik itu semua, kita tak benar-benar paham bahwa mungkin saja ada potensi kesembuhan untuk penyakit kita.Â
Dan dalam contoh yang lain, barangkali kita sangat senang jika diminta untuk mengikuti tren yang selalu berubah setiap waktu itu. Padahal kita tak benar-benar paham bahwa di balik itu semua ada potensi kemubaziran dan kemelaratan untuk diri kita.Â
Lantas, bagaimana sebaiknya kita harus bersikap?Â
Ya. Tentu saja kita harus bersikap mawas diri agar ora nggumunan (tidak mudah kagum atas sesuatu yang baru) serta ora kagetan (tidak mudah kaget, latah atas terjadinya setiap perubahan).
Mengapa hal ini bisa terjadi? Sebab kita senantiasa menyadari bahwa setiap apa saja yang mungkin kita kagumi itu sebenarnya hanyalah sebatas makhluk yang tidak memiliki daya apa-apa tanpa kehendak dari Sang Penciptanya.Â
Namun, hanya berbekal dua hal ini saja, saya kira masih kurang lengkap jika kita tidak mewaspadainya dengan sikap yang ketiga: aja dumeh. Yakni janganlah kita itu bersikap angkuh, pongah, sombong, sok pamer kehebatan di hadapan siapa saja.
Sebab kekuatan, kelebihan, kemuliaan yang kita miliki pada saat ini bisa saja akan berbalik menjadi kelemahan, kefakiran, dan kehinaan dalam waktu yang tak lama lagi, ketika Dzat Yang Maha mengatur kehidupan itu telah menentukan untuk mencabut segala kelebihan atas diri kita itu. Â
Untuk itulah, mari kita senantiasa mawas diri atas segala perilaku kita agar kita dapat berpuasa, menahan diri kita dari sikap dan perilaku apa saja yang memiliki potensi untuk mendatangkan kemurkaan-Nya. (*)