Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Puasa Menulis

2 Februari 2021   06:00 Diperbarui: 2 Februari 2021   12:14 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan kita pun mulai menyadari bahwa sebenarnya ada beberapa manfaat yang dapat kita peroleh dengan mengulangi membaca tulisan sendiri ini, yakni:

  1. Kita akan semakin paham dengan apa yang kita sampaikan. 
  2. Kita bisa semakin mampu mengkritisi kekurangan-kekurangan yang ada pada tulisan sendiri. 
  3. Kita berpeluang untuk membenahi kekurangan-kekurangan pada karya kita berbekal pembacaan secara kritis atas tulisan kita tadi.

Jadi, meskipun ide-ide itu terkesan berputar secara liar dalam benak kita, janganlah ia disepelekan apalagi kita bersikap pesimis bahwa ia tak ada faedahnya sama sekali. Sebab sejatinya ia masih banyak memiliki nilai guna jika kita mampu mewadahinya dalam bentuk kata-kata. 

Saya sangat bersyukur, sebab di Kompasiana ini saya telah dipertemukan dengan tulisan-tulisan Daeng Khrisna Pabichara yang bertemakan tentang cara untuk mengembangkan imajinasi dengan bermodal pancingan satu atau dua kata saja, sehingga dengan metode menulis seperti inilah kelak akan lahir sebuah tulisan dari rahim intuisi. 

Selain itu, saya juga bahagia sebab pernah bersua dengan teori serendipitas yang seringkali diulas dalam filsafat Kenthirisme-nya Engkong Felix. 

Terlepas dari hubungan romantisme guru dan murid itu, saya tetap takzim pada beliau berdua, sebab secara tak langsung mereka telah membuka cakrawala pikiran saya yang sempit ini tentang gaya menulis yang demikian itu. 

Sehingga, bagaimanapun keadaannya, saya hampir tak mungkin tak memiliki bahan adapun yang tak bisa saya gunakan untuk menulis. Kecuali mungkin saya sedang mengalami keruwetan pikiran atau kesibukan yang luar biasa sehingga tak ada waktu sejeda pun untuk menulis. 

Selain itu, pada artikel saya yang lalu yang juga pernah saya bagi di Kompasiana ini, saya juga telah membocorkan rahasia menulis dengan 61 jari. Jadi, ya, sebenarnya wajar saja jika setiap hari setidaknya saya dapat menayangkan sebuah tulisan di sini, meskipun mungkin labelnya tak sampai masuk kategori artikel utama. 

Dan bagi saya itu sebenarnya bukan masalah yang cukup berarti. Asalkan saya masih tetap bisa berbagi manfaat di sini sekaligus menjadikan wadah bagi para penulis ini sebagai ajang untuk menjalin silaturrahim, bagi saya itu sudah lebih dari cukup. 

Saya kira sudah cukup ocehan saya tentang puasa menulis ini. Sebab untuk apa saya menulis dengan berpanjang lebar jika sebenarnya saya sendiri masih belum bisa mewujudkannya. 

Toh, sebenarnya saya sendiri pun berharap semoga sampai kapan pun hal ini takkan pernah saya wujudkan. Sebab jika hal ini benar-benar terwujud, maka ini berarti saya harus mengalami fase jeda dalam kepenulisan. 

Namun, jika hal ini memang harus terjadi karena kehendak Tuhan atas diri saya, maka saya pun dengan lapang hati akan menerimanya. Sebab, saya selalu berusaha meyakini bahwa apa saja yang berasal dari-Nya itu pasti selalu baik adanya, meski saya belum tentu menyukainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun