Terus terang pertanyaan seperti itu tetap saja menggelanyuti benak saya dan semakin memancing rasa penasaran saya untuk dapat mencapai tulisan yang memiliki ruh itu.Â
Dari beberapa tulisan yang pernah diagih oleh beberapa penulis sebelumnya, saya pun kemudian mendapati beberapa jawaban yang barangkali bisa lebih menenangkan rasa penasaran saya itu. Misalnya saja adalah pernyataan tentang:
- Menulis itu harus tegas, tedas dan tandas.Â
- Menulis dengan cara 3R: riset, rasa dan rocet.Â
- Menulis itu untuk menghibur diri.
- Dalam proses menulis itu sebenarnya kita tinggal perhatikan bagian awal dan akhirnya saja. Perkara bagian tengah-tengahnya itu adalah jatah kreativitas dan naluri seni kita untuk mengeleborasinya.
- Menulislah untuk hal-hal yang penting dan janganlah berprinsip yang penting nulis.
- Bagaimana jika kita mengalami kebuntuan saat hendak menuangkan gagasan ke dalam tulisan?Â
Dengan adanya beberapa motivasi menulis semacam inilah, gairah saya untuk menulis pun seakan meluap-luap.Â
Tentu saja, sambil membaca motivasi dari para penulis itu saya juga menyimak karya-karya mereka yang ternyata demikian indah luar biasa. Dan karya-karya mereka inilah yang kemudian saya pinjam bangunan maupun kerangkanya untuk saya kemas kembali dalam tulisan yang berbeda.Â
Sesekali saya pernah meminta izin kepada salah seorang di antara mereka untuk meminjam ilmunya, meski saya benar-benar tahu dan yakin bahwa mereka tak hanya akan meminjamkannya namun juga akan memberikannya secara cuma-cuma.Â
Namun, entah kenapa, terkadang ada perihal yang mengganjal di dalam hati ini manakala tak berinteraksi langsung dengan si penyalur ilmu itu sementara mereka sudah sangat tulus ketika membagi cakrawala pengetahuannya.Â
Dan berbekal ilmu-ilmu yang telah mereka bagi itulah maka saya pun mencoba mencicipi dan menuangkannya dalam karya-karya saya sendiri. Perkara enak atau kurang sedap rasanya, tentu saja saya akan mengembalikannya kepada pembaca sambil terus berusaha menambali lubang yang menganga dalam tiap celah tulisan-tulisan saya.
Namun, setidaknya dari beberapa pengalaman dan ilmu yang saya peroleh dari mereka itu, setidaknya ada dua hal penting yang saya simpulkan sebagai faktor pembuat tulisan menjadi lebih hidup, yakni nilai manfaat yang terkandung di dalamnya serta cara mereka dalam menyampaikannya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H