Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selayang Pandang tentang Opa Tjiptadinata Effendi dan Oma Roselina Tjiptadinata

6 Januari 2021   19:51 Diperbarui: 7 Januari 2021   14:34 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar Tjiptadinata Effendi

Jika saya diminta untuk mengungkap kesan saya secara singkat mengenai Opa Tjiptadinata Effendi, maka komentar saya adalah "luar biasa". Khususnya setelah saya membaca beberapa pengalaman hidup yang senantiasa beliau suguhkan secara apa adanya melalui tulisan, setiap hari di Kompasiana ini.

Jika ada pengalaman yang berkesan yang pernah terjadi pada diri beliau, maka dengan penuh antusias beliau akan menceritakan pada siapa saja. Pun, mengenai sifat nakal yang beliau miliki semasa remaja sekaligus nasib nahas yang beliau alami secara bertubi-tubi, juga tak luput beliau kisahkan.

Semua kisah itu seakan tak ragu beliau haturkan dengan tanpa tedheng aling-aling (ditutup-tutupi), sebab beliau senantiasa memedomani sebuah falsafah:

Hidup sejatinya adalah sebuah proses pembelajaran yang tak berkesudahan.

Membaca tulisan-tulisan beliau, saya seakan menemukan mutiara yang teramat berharga mengenai seni dalam menapaki kehidupan.

Lika-liku kehidupan yang beliau alami sedari kecil hingga remaja, jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Oma Lina, membangun mahligai rumah tangga, merintis usaha, bersosialisasi, hingga mengisi kegiatan di waktu senja, telah beliau ceritakan semua secara utuh di Kompasiana ini melalui bunga rampai kata yang ketika artikel ini saya susun jumlahnya telah mencapai 5.260 tulisan.

Tak mengherankan jika kemudian hal ini menjadi diantara bukti sahih bahwa beliau merupakan sosok yang memiliki energi yang luar biasa sekaligus konsistensi yang gigih dalam menulis setiap hari.

Kemudian, apa sebenarnya rahasia di balik kehebatan Opa yang berwajah tampan mirip Jackie Chan ini?

Ternyata taklain takbukan adalah belahan hati beliau sendiri. Tuhan telah menganugerahkan beliau seorang isteri, yakni Ibu Roselina yang senantiasa mendampingi beliau, baik dalam keadaan suka maupun duka. Senang ataupun susah. Kaya maupun miskin.

Dengan demikian, benarlah belaka pesan dari sebuah pepatah, di balik seorang lelaki yang hebat pastilah terdapat seorang wanita yang hebat yang menyertainya. Diantara wanita hebat yang ada di balik kedigdayaan Opa Tjipta itu ialah ibu Lina sendiri, di samping tentunya sesosok ibu yang telah mengandung, merawat dan mendidik beliau sedari dini.

Dan satu lagi, konon, sosok wanita lain yang sangat berperan dalam membentuk karakter luhur beliau adalah seorang ibu yang pernah memberi beliau sebuah panganan singkong goreng ketika rasa lapar tengah melilit perut beliau sewaktu perjalanan mengendarai bus kota.

Di tengah perjalanan yang terasa begitu menyiksa tersebut, seorang ibu yang kondisi perekonomiannya belum tentu lebih baik darinya itu seakan tahu benar penderitaan fisik yang tengah diderita oleh seorang pemuda yang berada di sampingnya, sehingga beliau tak segan-segan untuk memberikan bekal makanannya dengan penuh ketulusan kepada pemuda itu, tanpa mau diganti dengan uang sepeserpun. Dan si pemuda beruntung itu taklain adalah Opa Tjiptadinata Effendi ketika beliau masih muda. 

Diantara bentuk keteladanan tentang ketulusan semacam inilah yang kemudian kian membuka pintu kemanusiaan yang dimiliki oleh Opa Tjipta, sehingga membentuk karakter beliau sebagai sosok yang tangguh dan peduli terhadap sesama. 

Selanjutnya, jika membaca bagaimana peran dari ibu Lina dalam mendampingi suami beliau yakni Opa Tjipta itu, jelas kita akan mendapat sebuah keteladanan yang paripurna.

Beliau adalah sosok yang begitu pandai dalam mengiramakan langkah kehidupan keluarga, baik ketika berada di atas angin maupun ketika merangkak di atas permukaan tanah.

Dan buah dari kepiawaian beliau inilah yang pada akhirnya sangat berperan dalam menjaga harmoni hubungan beliau berdua sehingga mampu menginspirasi siapa saja yang telah membaca kisah hidup keduanya, sedari remaja hingga menua.

Akan tetapi, bagaimanapun jua tulisan singkat ini jelas tak mungkin cukup untuk menggambarkan secara terperinci mengenai sejarah perjuangan yang telah beliau berdua tanam sedari muda. 

Namun, melalui tulisan sederhana ini setidaknya akan berpeluang menjadi pemicu bagi para pembacanya untuk merujuk sendiri pengalaman kisah hidup beliau berdua yang secara istiqamah beliau ceritakan melalui tulisan, yakni pada platform Kompasiana ini. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun