Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fabel, Mengungkap Perilaku Binatang dalam Kemasan Sastra

6 Januari 2021   08:00 Diperbarui: 7 Januari 2021   11:45 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kisah monyet dan buaya sebagai bagian dari fabel (dongengceritarakyat)

Mengapa demikian? Sebab yang mereka pahami dari suguhan fabel ini hanyalah kisah yang kental dengan sandiwara fiksi mengenai hewan yang bisa berbicara.

Secara tidak langsung, siapa saja pasti sudah mafhum dan menganggap bahwa apa yang disajikan oleh pencerita fabel itu tentu tidak ada dalam versi aslinya. 

Perkara nanti ada kemiripan dengan dengan kisah aslinya, bisa jadi hal itu merupakan sebuah kebetulan atau bisa juga karena kreativitas si penyajinya sehingga kisahnya menjadi lebih patut untuk diperhatikan dan dijadikan sebagai bahan pelajaran.

Jika kemudian ada yang sampai mengklaim bahwa fabel itu adalah kisah bohong, hoax atau semacamnya, maka siapa sebenarnya disini yang pantas disebut sebagai pihak yang tidak paham akan keberadaannya? 

Pengarang yang telah menyajikan ceritanya? Penikmat cerita yang sudah paham dengan muatan sandiwaranya? Atau, si penuntut sendiri yang tidak menyenangi nilai-nilai di dalam kisah itu?

Jika ada orang yang secara terang-terangan mengakui kebohongannya dalam bercerita saja masih dianggap sebagai penutur yang tidak jujur, maka dengan cara yang bagaimana lagi harus mengungkap kebohongan maupun kejujuran? 

Haruskah ia mengikuti semua pemikiran mereka bahkan mendukung setiap kata mereka agar baru dapat dikata sebagai pihak yang benar maupun pihak yang jujur?

Atau, jangan-jangan orang yang membaca kisah tersebut benar-benar takpaham dengan kebohongannya sendiri sehingga merasa berat untuk menerima nilai-nilai kebenaran, sekalipun itu disampaikan dengan cara yang ringan, seperti dalam kisah fabel tadi. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun