"Terus dimana sekarang temanmu itu?"
"Sudah disembelih sama sang pemilik kemarin. Kayaknya manusia itu nggak kepingin ia mati sia-sia gara-gara terserang penyakit itu. 'Daripada mati jadi bangkai, mending disembelih aja dulu biar bisa dimakan.' itu ucapan yang kusaksikan sendiri dari mereka."
"Tuh, kan. Sudah ada buktinya. Kamu mau senasib kaya temanmu itu?"
"Idih, ogah, ah. Aku masih kepingin nyicipi lezatnya konsentrat ditambah bekatul tiap hari."
"Hehe. Tapi, kalau kamu mati kan enak, nggak bakal disuntik-suntik lagi?"
"Halah, disuntik paling cuma dua hari sekali dan itupun hanya sekejap saja. Masih nggak seberapa dibanding lezatnya santapanku ini."
"Ya, sudah, kalau begitu. Terus selama tinggal di situ, apa kamu nggak sempat naksir sama betina-betina yang ada di sampingmu itu?"
"Naksir sih naksir. Tapi itu ibarat mission imposible alias nggak mungkin. Bagaimana mungkin aku akan meraih mereka, sementara aku terkurung di sini."
"Kasihan banget, ya, kamu Per."
"Nggak apa-apa lah, yang penting cairan tubuhku ini sudah nyampai ke mereka. Hehe. Setidaknya itulah bukti cintaku pada mereka." jawab Si Joper dengan tersenyum puas.
"Gombal." tanggap Si Babon singkat sambil meninggalkan Joper yang tengah berbangga diri atas keadaannya. (*)