"Bukan begitu Sis. Justru sebaliknya. Joper, si jago super itu sebenarnya kan sudah ngingetin kita kalau umur kita di dunia ini memang tak lama. Terlepas kapan dan bagaimana kita akan mati, itu kan sudah bagian dari kehendak Sang Kuasa."
"Terus, kamu juga nyalahin aku?"
"Bukannya begitu. Aku cuma nggak tega aja lihat kamu yang terus-terusan bengong kaya gitu, hingga badanmu jadi kurus kering kaya gini. Bukankah jika kamu sampai sakit entar, itu sama saja kamu berusaha mempercepat kematianmu sendiri?"
Siska, si ayam pedaging itu mencoba memandangi wajah sahabatnya yang tampak begitu teduh dan menenangkan itu.
"Sudahlah Sis. Buat apa terlalu dipikirin. Â Lagian itu kan cuma gurauan. Anggap saja kalian sedang bergurau tapi dapat bonus."
"Bonus?"
"Iya. Bonus tentang muhasabah (wejangan) kematian."
"Benar juga kamu Yul. Buat apa juga ya, aku terlalu banyak mikirin hal ini. Lagi pula rasa konsentrat kan masih enak untuk ditutul." ungkap Siska seakan mulai sadar dari kesalahan cara pandangnya yang terdahulu.
"Begitu dong. Lagipula bukan hanya aku yang bakal bersedih kalau kamu sampai jatuh sakit nanti, melainkan juga pemilik kita yang sudah repot-repot merawat kita itu."
"Betul, Yul."
"Bukankah jika mereka memanen kita dalam kondisi yang gemuk, hal ini akan lebih menyenangkan hati mereka? Anggap saja itu adalah bentuk balas budi kita pada mereka."