Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Inilah Alasan Mengapa QS Yusuf Disebut Kisah Terbaik di Dalam Al Quran

22 Desember 2020   09:23 Diperbarui: 23 Desember 2020   13:35 2511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam QS Yusuf ayat 3 telah diterangkan bahwa Allah SWT telah mengisahkan cerita tentang Nabi Yusuf ini kepada Nabi Muhammad SAW (dan seluruh ummatnya), serta menyebut surat ini sebagai kisah terbaik (ahsanal qashash) yang terdapat di dalam Al-Qur'an.

Terus terang, keterangan kata "kisah terbaik" ini sempat mengusik batin saya. Saat beberapa kali membacanya, benak saya bertanya-tanya, kenapa surat ini disebut sebaik-baiknya surat yang telah diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad? Mengapa bukan surat yang lain? Atau, barangkali kita juga berpikiran, bukankah semua surat di dalam Al-Qur'an itu menarik?

Setelah saya mencoba belajar menggali makna yang terkandung di dalam surat ini, ayat per ayat, kata demi kata, barulah saya lekas mendapat sedikit pencerahan tentang alasan mengapa surat yang berjumlah 111 ayat ini disebut sebagai sebaik-baiknya kisah di dalam Al-Qur'an. 

Apa sajakah kiranya alasan itu?

Pertama, Berisi cerita yang aktual dan faktual.

Jika kembali membaca keseluruhan isi dari QS Yusuf ini, kita pasti akan mendapati bahwa dominan komposisinya adalah cerita tentang Nabi Yusuf. Dan ternyata hal ini tidak mengejutkan, sebab pada ayat ketiga dari surat tersebut Allah telah memberikan bocoran/spoiller bahwa Dia hendak menceritakan diantara kisah terbaiknya itu di dalam Al-Qur'an, khususnya di dalam QS Yusuf ini. 

Dengan demikian, menjadi tidak mengejutkan jika kita mendapati mayoritas konten di dalam surat ini adalah murni berkisah tentang Nabi Yusuf dan bukan secara langsung membahas tentang hukum-hukum tertentu, misalnya tentang hukum halal dan haram, dan lain sebagainya.

Kendati demikian, di dalam surat ini kita juga sekilas masih akan mendapati bagaimana bentuk hukuman yang ditetapkan atas seseorang yang didakwa mencuri, seseorang yang dituduh telah "mengganggu" pasangan orang lain, sebagaimana tradisi yang dianut oleh masyarakat pada waktu itu. 

Sebagai orang yang beriman, kita pasti meyakini bahwa kisah Nabi Yusuf ini benar-benar nyata terjadi. Diantara dasar yang dapat kita gunakan adalah, dari segi nasab keluarga, beliau merupakan cicit dari Nabi Ibrahim AS, Sang Bapak dari para Nabi (Abu Al-anbiya') yang memiliki putera bernama Nabi Ishaq, saudara seayah namun beda ibu dari Nabi Isma'il AS. 

Kemudian dari Nabi Ishaq ini memiliki keturunan yang bernama Ya'qub, yakni bapak dari Nabi Yusuf AS. Berdasarkan silsilah ini sekaligus menegaskan pada kita bahwa kisah Nabi Yusuf tersebut merupakan kisah yang benar adanya, dan bukan merupakan sebuah cerita karangan atau fiksi. 

Mengenai aktualitas kisah ini barangkali kita akan memahami bahwa sebenarnya pesan di dalam kisah ini juga dapat dibawa pada konteks di zaman sekarang. Misalnya pada keadaan tertentu, kita masih sering menemui, bahwa ada kecenderungan sebagian manusia yang ingin menjatuhkan pihak lainnya karena alasan rasa tidak senang atas segala kelebihan yang mereka miliki. 

Kemudian di posisi yang lain, ada juga sekelompok manusia yang begitu mudahnya dijerat oleh rayuan para wanita, dan lain sebagainya. Masalah-masalah semacam ini senantiasa berulang, hanya berbeda waktu, pelaku dan motifnya saja.

Sehingga melalui kisah ini kita seakan diajari untuk belajar dari sejarah faktual nenek moyang kita, mengenai cara-cara arif bijak yang telah mereka tempuh dalam mengarungi kehidupan sekaligus laku yang telah mereka jalani untuk dapat meloloskan diri dari pelbagai cobaan yang mereka hadapi.

Kedua, Sistematis 

Jika kita perhatikan, alur cerita dalam kisah Nabi Yusuf ini begitu runut. Di dalamnya dikisahkan bagaimana perjalanan hidup Nabi Yusuf sejak beliau masih pada fase anak-anak, menginjak usia remaja, hingga dewasa, secara berurutan. Dengan adanya cerita yang sistematis ini tentu akan memudahkan siapa saja untuk mengukuti rangkaian kisahnya sedari awal hingga akhir. 

Ketiga, Alur cerita yang bergelombang

Jika kita biasa menyimak sebuah jalan cerita, pada umumnya kita selalu mengharap jalan cerita yang tidak terkesan datar begitu saja. Terkadang berkonflik dan ada kalanya mendapat relaksasi, sehingga tidak selamanya kita menjumpai suasana yang selow dan tidak pula selamanya tegang. Hal inilah yang akan menjadikan jalan cerita menjadi bergelombang dan menarik untuk diikuti. 

Dalam kisah Nabi Yusuf ini, kita rupanya memperoleh suguhan cerita yang naik-turun tentang konflik dan resolusinya yang beliau alami selama kehidupannya. Adapun gambaran sederhana mengenai fluktuasi ceritanya adalah sebagai berikut--tanda (+) saya gunakan untuk isyarat yang menyatakan relaksasi atau hal yang menyenangkan pelakunya, sedangkan tanda (-) sebagai simbol konflik yang sedang dihadapi oleh pelakunya. 

(+) Nabi Yusuf bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan yang semuanya bersujud kepadanya. Rupanya hal itu merupakan isyarat nubuwah yang akan beliau miliki. 

(-) Saudara-saudara Nabi Yusuf telah terhasut oleh bisikan setan sehingga mereka cemburu terhadap segala kelebihan yang dimilikinya.

(-) Oleh sebab terhasut oleh bujukan setan itu, Nabi Yusuf dibuang oleh para saudaranya ke dalam sumur di tengah belantara.

(+) Nabi Yusuf diselamatkan oleh sekelompok kafilah yang sedang menimba sumur.

(+) Nabi Yusuf menjadi bagian anggota keluarga dari seorang bangsawan setelah beliau dijual oleh kafilah yang menyelamatkannya.

(-) Nabi Yusuf difitnah oleh isteri sang bangsawan bahwa ia telah menggodanya sehingga beliau ditahan di dalam penjara, hingga waktu tertentu.

(+) Nabi Yusuf dibebaskan dari penjara sebab beliau mampu menakwil mimpi yang sangat aneh dari Sang Raja Mesir.

(+) Nabi Yusuf mendapat amanah dari sang raja untuk mengelola lumbung pangan negerinya.

(-) Konflik batin yang dialami oleh Nabi Yusuf setelah bertemu kembali dengan para saudaranya yang dulu telah mencampakkannya. 

(+) Kebahagiaan Nabi Yusuf setelah beliau memaafkan kesalahan para saudaranya dan berkumpul kembali dengan seluruh anggota keluarganya.

Demikianlah kiranya fluktuasi cerita dari kisah Nabi Yusuf ini yang rinciannya dapat Anda baca sendiri di dalam Al-Qur'an, pada tulisan saya sebelumnya, maupun dari sumber-sumber lainnya. 

Keempat, Happy ending

Dalam menyimak sebuah kisah, pada umumnya kita senantiasa mengharap cerita akan berakhir dengan bahagia bagi pemeran utamanya, setelah ia menghadapi cobaan yang datang secara bertubi-tubi. 

Melalui kisah Nabi Yusuf ini kita setidaknya menjadi lebih paham bahwa sebagai seorang Nabi yang sekaligus sebagai manusia biasa, beliau juga tak lepas dari peluang berkonflik dengan pihak lain, khususnya dengan saudara-saudaranya sendiri maupun dengan lingkungannya. 

Akan tetapi, berkat laku kesabaran yang beliau jalani dan pertolongan dari Allah, beliau pun pada akhirnya dapat melalui segala ujian itu dengan kegemilangan.

Kelima, Sarat pesan moral

Dalam QS Yusuf ini kita dapat merasakan bahwa di dalamnya begitu kental dengan pesan-pesan kehidupan. Begitu kayanya pesan-pesan itu, sehingga menjadikan saya tertarik untuk mencoba mengungkapkannya melalui sebuah tulisan, yang tentunya juga dengan segala keterbatasan kemampuan yang saya miliki. 

Dengan demikian, selain dari apa yang telah saya tuliskan dan sampaikan, tentu masih banyak lagi pesan-pesan lain yang dapat digali jika Anda mau lebih men-tadabburi, merenungi kandungan ayat-ayat di dalam QS Yusuf tersebut. Oleh sebab itu, sangat mungkin jika selain saya telah dan akan ada tulisan lain yang isinya jauh lebih lengkap dan lebih detail dalam mengulasnya. 

Keenam, Memiliki keunikan

Kalau kita perhatikan komposisi jumlah ayat yang ada di dalam surat ini, maka kita akan langsung menemukan sebuah angka yang unik, yakni 111 ayat. Sungguh elok nian barisan ketiga angka itu. Seakan hal ini melambangkan keelokan rupa wajah dan perilaku Sang Nabi yang terkisah di dalamnya. 

Selain itu, jika kita menjumlahkan ketiga angka tersebut, yakni 1 + 1 + 1 = 3, kita seakan juga akan mendapat sebuah pesan yang lain. Nilai 3 dari hasil penjumlahan ketiga angka satu tersebut seakan menyimbolkan tiga sosok kunci atau tiga manusia yang memiliki derajat mulia di sisi Allah SWT, yang diceritakan pada kisah tersebut. Dan rupanya ketiga sosok tersebut adalah Nabi Ya'qub, Nabi Yusuf dan salah seorang saudaranya, Bunyamin. 

Perihal Nabi Ya'qub dan Nabi Yusuf mungkin sudah sangat benderang dalam pemahaman kita bahwa beliau berdua adalah sosok yang berkedudukan mulia di sisi Allah, sebab keduanya adalah Nabi.

Lantas, bagaimana dengan Bunyamin? 

Saya yakin, saat ini pikiran Anda sedang banyak terarah pada sosok almarhum Bunyamin Syueb, salah seorang komedian kondang yang pernah ada di negeri ini. Tapi, dalam kisah ini jelas bukan beliaulah sosok yang dimaksud. 

Bunyamin merupakan adik kandung dari Nabi Yusuf. Bisa dikata, beliau merupakan sosok yang sangat dicintai oleh Nabi Ya'qub setelah Nabi Yusuf. Semenjak berpisah dengan Nabi Yusuf, beliaulah yang melipur lara bapaknya itu sehingga beliau memiliki keteguhan hati yang semakin mantab pada saat menjalani ujian yang teramat berat dari Allah.  

Selain itu, jika kita merunut lagi fakta sejarah, kita akan mendapati bahwa sosok yang shalih ini kelak juga akan memiliki keturunan seorang nabi, yakni Nabi Yunus AS. Dari sini, barangkali kita menjadi lebih mafhum bahwa ketiga sosok tersebut (Nabi Ya'qub, Nabi Yusuf, dan Bunyamin) merupakan figur orang-orang shalih yang dapat diteladani dari kisah ini. 

Barangkali demikianlah yang dapat penulis gambarkan mengenai keistimewaan dari QS Yusuf ini. Dimana dengan mengkaji dan meneladani khazanah yang ada di dalamnya, mudah-mudahan hal ini akan mengantar kita pada keelokan perilaku, baik diantara sesama makhluk lainnya, dan utamanya di hadapan Tuhan dari seluruh semesta. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun