Pertama, mengenai pentingnya sikap sabar dalam menghadapi setiap cobaan yang diberikan oleh Allah pada diri kita.
Nabi Ya'qub yang diuji oleh Allah dengan kenakalan anak-anaknya, senantiasa berusaha untuk bersikap sabar dalam menghadapi mereka. Begitu kuatnya kesabaran yang dimiliki oleh Nabi Ya'qub dalam menghadapi ujian tersebut, sehingga meskipun ia tampak begitu menderita, hatinya senantiasa diliputi keteduhan, keteguhan dan ketenangan dalam menjalaninya.
Dengan mengambil ibrah dari kesabaran yang dimiliki Nabi Ya'qub ini, kiranya akan mampu menambah ketenangan dalam hati kita pada saat menerima dan menjalani ujian dari Allah SWT. Ketenangan itu akan kita peroleh manakala kita yakin dan menyadari bahwa sesungguhnya Allah senantiasa membersamai siapa saja yang bersabar dalam menjalani ujian-ujian-Nya.
Kedua, pentingnya sikap untuk senantiasa menabur harapan dengan memohon kepada Allah atas setiap hal yang diujikan pada diri kita.
Melalui kisah Nabi Ya'qub tadi, kiranya kita menjadi lebih paham, bahwa tidak ada jalan lain yang lebih baik dalam menghadapi ujian yang teramat berat yang Allah ujikan itu, kecuali dengan mengembalikan ujian itu kepada Dzat yang telah memberinya.
Mengembalikan ujian bukan berarti menolaknya. Akan tetapi, hal ini lebih bermakna pada meminta petunjuk dan pertolongan kepada Allah SWT, sehingga kita akan diberi kemampuan untuk bersikap yang terbaik saat menjalani ujian tersebut, sesuai apa yang dikehendaki-Nya. Dengan demikian, Allah akan meridhai kita dan kita pun akan sanggup meridhai apa saja yang telah menjadi ketetapan dari-Nya.
Hal itulah yang akan terjadi manakala kita tidak berputus asa dari rahmat Allah, sehingga harapan-harapan akan selalu kita munajatkan kepada-Nya untuk menyertai langkah kita dalam menapaki berbagai ujian itu.
Penulis kira, demikianlah hikmah yang dapat kita ambil dari perjalanan kisah Nabi Ya'qub, yang merupakan bapak dari Nabi Yusuf, pada kesempatan kali ini. Bagaimanakah kelanjutan kisah dari keluarga Nabi Yusuf setelah menerima cobaan yang bertubi-tubi itu? Insyaallah, akan penulis ceritakan pada tulisan berikutnya. (*)
Referensi: QS Yusuf 82-87
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H