"Duhai Bapak kami, alangkah baiknya jika Panjenengan bertanya pada penduduk negeri yang telah kami singgahi sebelumnya itu mengenai kabar Bunyamin. Serta, mohon Panjenengan juga mencari kebenaran berita tentang penahanan adik kami itu dengan bertanya pada kafilah yang telah pergi bersama kami. Maka, pastilah Panjenengan akan mendapati, bahwa berita kami ini benar adanya". terang salah seorang putera Nabi Ya'qub kepada bapaknya, setelah beristirahat sejenak dari perjalanan panjangnya ke ibukota.
"Sebenarnya kalian sendirilah yang memandang perkara yang buruk itu sebagai sebuah kebaikan. Maka, atas kesalahan sikap kalian ini, sesungguhnya kesabaranku ini adalah perkara yang baik". Nabi Ya'qub menanggapi penjelasan puteranya itu.
"Semoga Allah akan mengumpulkan semua anakku kepadaku. Sesungguhnya, Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." lanjut Nabi Ya'qub seraya mengharap kepada Tuhannya.
"Betapa malang nasib yang telah menimpamu wahai anakku Yusuf," ucap Nabi Ya'qub seorang diri dengan duka tampak memberat saat teringat cobaan yang telah menimpa seorang anaknya terdahulu.
Oleh sebab kesedihan yang teramat dalam inilah, kedua matanya itupun hingga memutih, mengaburkan apa saja yang dipandangnya.
Semenjak kehilangan Yusuf, kedua mata itu tak henti-hentinya sembap oleh duka kesedihan. Ia tampak begitu sering merenung seorang diri, seakan menahan rasa amarah yang begitu dalam terhadap anak-anaknya.
"Demi Allah, jika Panjenengan tidak henti-hentinya mengingat Yusuf, aku begitu khawatir, penyakit Panjenengan itu akan bertambah parah. Jika terus saja dalam keadaan ini, maka hal ini justru hanya akan menyakiti diri Panjenengan sendiri." salah seorang puteranya yang lain mencoba melipur lara.
"Hanya kepada Allah-lah aku akan mengadukan kesusahan dan kesedihanku ini. Aku lebih tahu mengenai keadaan sebenarnya yang telah Allah tunjukkan padaku, yakni tentang kabar apa saja yang tak mungkin akan kalian pahami". Nabi Ya'qub menanggapi.
"Wahai anak-anakku, pergilah kalian. Carilah kabar mengenai Yusuf dan saudaranya, Bunyamin itu. Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidaklah akan berputus asa dari rahmat Allah, kecuali mereka yang ingkar terhadapnya!". perintah Nabi Ya'qub kepada seluruh puteranya itu dengan iringan nasihat.
***
Kawan, berdasarkan potongan kisah Nabi Ya'qub dan para puteranya itu, kiranya ada beberapa pelajaran yang dapat yang kita ambil.
Pertama, mengenai pentingnya sikap sabar dalam menghadapi setiap cobaan yang diberikan oleh Allah pada diri kita.
Nabi Ya'qub yang diuji oleh Allah dengan kenakalan anak-anaknya, senantiasa berusaha untuk bersikap sabar dalam menghadapi mereka. Begitu kuatnya kesabaran yang dimiliki oleh Nabi Ya'qub dalam menghadapi ujian tersebut, sehingga meskipun ia tampak begitu menderita, hatinya senantiasa diliputi keteduhan, keteguhan dan ketenangan dalam menjalaninya.
Dengan mengambil ibrah dari kesabaran yang dimiliki Nabi Ya'qub ini, kiranya akan mampu menambah ketenangan dalam hati kita pada saat menerima dan menjalani ujian dari Allah SWT. Ketenangan itu akan kita peroleh manakala kita yakin dan menyadari bahwa sesungguhnya Allah senantiasa membersamai siapa saja yang bersabar dalam menjalani ujian-ujian-Nya.
Kedua, pentingnya sikap untuk senantiasa menabur harapan dengan memohon kepada Allah atas setiap hal yang diujikan pada diri kita.
Melalui kisah Nabi Ya'qub tadi, kiranya kita menjadi lebih paham, bahwa tidak ada jalan lain yang lebih baik dalam menghadapi ujian yang teramat berat yang Allah ujikan itu, kecuali dengan mengembalikan ujian itu kepada Dzat yang telah memberinya.
Mengembalikan ujian bukan berarti menolaknya. Akan tetapi, hal ini lebih bermakna pada meminta petunjuk dan pertolongan kepada Allah SWT, sehingga kita akan diberi kemampuan untuk bersikap yang terbaik saat menjalani ujian tersebut, sesuai apa yang dikehendaki-Nya. Dengan demikian, Allah akan meridhai kita dan kita pun akan sanggup meridhai apa saja yang telah menjadi ketetapan dari-Nya.
Hal itulah yang akan terjadi manakala kita tidak berputus asa dari rahmat Allah, sehingga harapan-harapan akan selalu kita munajatkan kepada-Nya untuk menyertai langkah kita dalam menapaki berbagai ujian itu.
Penulis kira, demikianlah hikmah yang dapat kita ambil dari perjalanan kisah Nabi Ya'qub, yang merupakan bapak dari Nabi Yusuf, pada kesempatan kali ini. Bagaimanakah kelanjutan kisah dari keluarga Nabi Yusuf setelah menerima cobaan yang bertubi-tubi itu? Insyaallah, akan penulis ceritakan pada tulisan berikutnya. (*)
Referensi: QS Yusuf 82-87
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H