Namun, jika mereka senantiasa berlindung diri kepada Allah dari segala cobaan itu dan senantiasa memohon pertolongan kepada-Nya agar diberikan kemampuan untuk menjaganya, di samping juga mereka berupaya dengan sungguh-sungguh untuk menjaga amanah tersebut, maka insyallah akan selalu ada kesempatan untuk memeliharanya.
Pada keadaan yang lain, seseorang mungkin juga akan dihadapkan dengan godaan sebuah pemahaman yang absurd, yakni yang jujur pasti akan ajur (Jawa: hancur). Biasanya yang dijadikan penguat atas pemahaman mereka itu adalah mengenai fenomena di sekitar mereka yang begitu penuh dengan kebohongan atau hoax yang mungkin pada waktu tertentu dapat mengantarkan pelakunya pada kesuksesan.Â
Namun, di samping adanya anggapan itu, patutlah kiranya bagi siapa saja untuk senantiasa menyadari bahwa dengan semakin langkanya perilaku jujur itu maka dengan sendirinya ia akan menciptakan nilai tambah tersendiri bagi orang-orang yang mempertahankannya.Â
Bukankah selama ini kita juga sering mendapati kenyataan bahwa sesuatu yang langka juga akan semakin mahal harganya. Itulah kiranya balasan tak ternilai bagi siapa saja yang sanggup menjaga kejujuran dan amanah dari orang yang telah mempercayainya, seperti halnya pengalaman kisah Nabi Yusuf di atas yang juga berjuang dalam menjaga amanahnya.Â
Penulis kira demikianlah kesimpulan yang dapat kita ambil sebagai hikmah dari kisah Nabi Yusuf kali ini.Â
Bagaimanakah kisah Nabi Yusuf selanjutnya setelah ia terbebas dari penjara dan mendapat kedudukan yang mulia di sisi Sang Raja? Pada tulisan yang berikutnya insyaallah penulis akan menceritakan. (*)
Referensi:
QS Yusuf 50-53; Tafsir web.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H