Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Bagian VIII: Sebuah Pengakuan Kesalahan

17 November 2020   10:42 Diperbarui: 18 November 2020   14:32 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar Al-Qur'an (Unsplash, edited)

Setelah mendengar kabar dan penjelasan dari salah satu tamu undangan mengenai arti dari mimpinya itu, Sang Raja pun segera meminta pada ajudannya agar ia dapat dipertemukan dengan Yusuf, yakni sosok yang telah mampu menerjemahkan maksud dari mimpinya dengan sangat terang. 

Pertemuan itu ia tujukan sebagai bagian dari upayanya untuk berterima kasih pada Yusuf. Untuk mewujudkan keinginannya ini maka ia pun mengutus salah seorang ajudan untuk menemui Yusuf dan mengundangnya ke istana.

Begitu selesai sang ajudan menerima perintah itu, maka ia segera pergi untuk mencari Yusuf. Beberapa waktu setelah pencariannya, ia sama sekali tak mdnyangka bahwa akan mendapati Yusuf dengan kondisi yang begitu memprihatinkan di dalam penjara. 

Dengan kondisinya yang demikian, maka tiada hal lain yang dapat ia lakukan dengan statusnya yang masih sebagai pesakitan ini kecuali hanya menyampaikan salam dari Sang Raja sekaligus menerima salam balasan dan sebuah pertanyaan darinya. 

Pertanyaan dari Yusuf yang hendak ia sampaikan pada Sang Raja melalui ajudan itu adalah mengenai nasib para perempuan yang telah melukai tangannya sendiri beberapa tahun yang lalu sebab terkesima saat memandangi dirinya.

Setelah menyampaikan amanat dari Sang Raja dan memperoleh pesan balasan sekaligus pertanyaan dari Yusuf ini, maka sang ajudan pun mohon diri padanya dan bertolak ke istana untuk menghadap kembali pada Sang Raja. Tak lupa sebelum perpisahannya itu ia berjanji pada Yusuf bahwa ia akan segera memperjuangkan kemerdekaannya sebagai pihak benar. 

Sesampainya di istana, ia menceritakan perihal apa saja yang telah ia temui tentang Yusuf dan apa saja yang telah ia perbincangkan dengannya. Begitu mendapati kabar tentang kondisi Yusuf yang begitu memprihatinkan dan pesan balasan darinya itu, maka Sang Raja segera mengambil keputusan yakni mengundang seluruh wanita yang dimaksud dalam ceritanya itu, khususnya pihak yang telah mengundang mereka sebelumnya. 

Dan sebelum mewujudkan semua itu, maka sebelumnya ia akan terlebih dahulu mengupayakan kebebasan Yusuf agar ia segera keluar dari penjara dan segera dapat menemuinya. Beberapa waktu kemudian, berkat kebijaksanaan dan perintah Sang Raja, dibebaskanlah Yusuf dari tempat para pesakitan itu.

Seusai terbebasnya Yusuf, maka Sang Raja menitahkan pada para wanita yang dimaksud dalam cerita Yusuf itu. Pada kesempatan itu juga hadir wanita bangsawan yang dulu telah menggoda Yusuf dan pernah mengundang wanita-wanita lainnya.

Di hadapan Sang Raja dan seluruh tamu undangan, wanita itu dengan penuh penyesalan mengakui kesalahannya bahwa ia telah berbuat kezaliman beberapa tahun yang lalu sebab tergila-gila oleh pesona ketampanan wajah Sang Nabi.

Begitu tergila-gilanya ia dengan keanggunan wajahnya itu sehingga ia telah berbuat apa saja untuk menundukkannya, termasuk diantaranya adalah dengan mengancamnya dengan kurungan dalam penjara. 

Dan oleh karena pemuda itu tak juga takluk dengan ancamannya itu, maka ia pun memenjarakan Yusuf hingga waktu yang ditentukan. 

Yusuf yang saat itu telah bebas dari hukuman penjara dan berkumpul bersama dengan seluruh tamu undangan yang hadir menjelaskan, sesungguhnya ia melakukan hal itu di masa lalu sebab ia telah berkomitmen bahwa sampai kapanpun ia takkan pernah mengkhianati tuannya sendiri yang telah begitu baik sikapnya saat merawat dan mendidiknya.

Lebih dari itu, ia melakukan hal demikian sebab ia senantiasa meyakini bahwa Allah SWT tidak akan pernah meridhai segala perkara yang diperbuat oleh orang-orang yang berkhianat.

Begitu mendengar penjelasan dan pengakuan dari mereka semua, maka Sang Raja pun dengan segala kebijaksanannya pada akhirnya membuat perhitungan yang adil terhadap wanita itu. 

Sementara bagi Yusuf, ia pun merencanakan akan menghadiahkan padanya sebaik-baik kedudukan di istana, yakni sebagai bagian dari bangsawan yang senantiasa dekat dengan Sang Raja. 

***

Sahabat, berdasarkan kisah tersebut kiranya kita dapat mengambil beberapa kesimpulan. Pertama, bahwa setiap kezaliman yang telah diperbuat oleh seseorang suatu saat pasti akan terungkap dan memperoleh balasannya. 

Oleh sebab itu, sebelum semuanya terlambat, alangkah lebih baik bagi siapa saja untuk senantiasa mengoreksi diri agar tak berpeluang berbuat kezaliman pada orang lain demi memenuhi ego, ambisi dan keinginan pribadi.

Dengan terus mengevaluasi apa saja yang telah diperbuat sekaligus senantiasa menimbang kembali perihal yang akan dilakukan kiranya hal ini akan menjadikan siapa saja semakin peka dan mawas diri terhadap potensi kesalahan yang akan diperbuat. Selain itu, hal ini pun akan menjadi jalan bagi mereka untuk dapat menginsyafi kesalahan-kesalahan di masa lalu agar tidak terulang kembali di masa depan. 

Adapun kesimpulan kedua yang dapat kita ambil adalah mengenai pentingnya menjaga amanah atau kepercayaan dari orang lain, meski berbagai cobaan senantiasa datang menghampiri. 

Banyak orang yang menyatakan bahwa orang yang menerima amanah dari pihak lain itu ibarat mereka yang menjaga segunung emas, dimana dari arah mana saja akan selalu ada kemungkinan ancaman yang akan datang untuk mengganggu, mencuri atau merampas emas (kepercayaan) itu, sehingga berkuranglah nilai emas yang dijaganya. 

Namun, jika mereka senantiasa berlindung diri kepada Allah dari segala cobaan itu dan senantiasa memohon pertolongan kepada-Nya agar diberikan kemampuan untuk menjaganya, di samping juga mereka berupaya dengan sungguh-sungguh untuk menjaga amanah tersebut, maka insyallah akan selalu ada kesempatan untuk memeliharanya.

Pada keadaan yang lain, seseorang mungkin juga akan dihadapkan dengan godaan sebuah pemahaman yang absurd, yakni yang jujur pasti akan ajur (Jawa: hancur). Biasanya yang dijadikan penguat atas pemahaman mereka itu adalah mengenai fenomena di sekitar mereka yang begitu penuh dengan kebohongan atau hoax yang mungkin pada waktu tertentu dapat mengantarkan pelakunya pada kesuksesan. 

Namun, di samping adanya anggapan itu, patutlah kiranya bagi siapa saja untuk senantiasa menyadari bahwa dengan semakin langkanya perilaku jujur itu maka dengan sendirinya ia akan menciptakan nilai tambah tersendiri bagi orang-orang yang mempertahankannya. 

Bukankah selama ini kita juga sering mendapati kenyataan bahwa sesuatu yang langka juga akan semakin mahal harganya. Itulah kiranya balasan tak ternilai bagi siapa saja yang sanggup menjaga kejujuran dan amanah dari orang yang telah mempercayainya, seperti halnya pengalaman kisah Nabi Yusuf di atas yang juga berjuang dalam menjaga amanahnya. 

Penulis kira demikianlah kesimpulan yang dapat kita ambil sebagai hikmah dari kisah Nabi Yusuf kali ini. 

Bagaimanakah kisah Nabi Yusuf selanjutnya setelah ia terbebas dari penjara dan mendapat kedudukan yang mulia di sisi Sang Raja? Pada tulisan yang berikutnya insyaallah penulis akan menceritakan. (*)

Referensi:

QS Yusuf 50-53; Tafsir web.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun