Suatu kali kita pasti pernah berhadapan dengan orang kurang berpengetahuan (untuk tidak disebut bodoh) yang begitu aktif berbicara. Saat bersama dengan kita, ia berbicara ngalor-ngidul tanpa disadari bahwa apa yang diucapkannya ini adalah kosong alias tidak berguna.Â
Sebagai gambaran percakapan tidak berguna itu adalah ia gemar menceritakan keburukan-keburukan orang lain tanpa menyadari bahwa ia pun sebenarnya lebih buruk kondisinya dari orang-orang yang berada di dalam ceritanya. Ibaratnya, virus di negeri seberang tampak, kudis di depan mata tak kelihatan.
Meski demikian, tidak semua orang nyatanya terlihat selalu risih manakala bergaul dengan orang-orang yang gemar berbicara hal-hal tak berguna tadi, sebab beberapa faktor yang melatarbelakanginya.Â
Diantara faktor yang menjadi alasan kenapa seseorang dapat terlihat betah saat ia mendengar perkataan orang yang kurang pengetahuan tadi adalah:
Sama-sama bodoh
Pada umumnya, seseorang akan cenderung merasa betah manakala bergaul dengan seseorang yang selevel tingkat kecerdasannya dengan mereka.Â
Mengapa demikian? Sebab ia menyadari bahwa ia merasa senasib dengannya. Senasib bahwa dirinya sama-sama kurang pengetahuan.Â
Selain itu, saat bersama dengan orang yang sama tingkat kepandaiannya itu bisa jadi seseorang akan cenderung tidak minder pada saat bercakap-cakap.Â
Hal ini bisa lain kondisinya jika ia tengah bercakap dengan orang yang memiliki kepandaian di atasnya, khususnya jika orang itu memiliki sikap kritis.Â
Ketika bersama dengan orang yang lebih pandai dan kritis ini, bisa jadi, setiap perkataannya pun takkan ada yang lepas dari koreksi. Jika keadaannya sudah demikian, bagaimana mungkin seseorang itu akan merasa nyaman untuk berkata-kata?