Selanjutnya untuk mewakili jawaban atas pertanyaan kedua (Mas Adib sehat?). Yang mungkin saja maksud pertanyaan ini adalah wujud satire bahwa ide saya itu sangatlah tidak masuk akal (untuk tidak disebut gila).Â
Untuk pertanyaan semacam ini, bisa jadi pihak yang mengalamatkannya berkecenderungan sedang menuduh saya sedang mengada-ada. Mengada-ada judul supaya mendulang klik, misalnya. Jika memang demikian yang dialamatkan pada saya atas judul tulisan ini, ya, silakan saja. Bukankah tulisan yang menarik itu sudah seharusnya mampu memikat pembacanya sejak dari bungkus judul tulisan?Â
Dan sebenarnya, titik tekan dari tulisan ini bukanlah untuk menjabarkan berapa persisnya jumlah penyuntingan itu harus dilakukan untuk mengantarkan tulisan itu pada kondisi yang paling ideal. Bukan itu.Â
Akan tetapi, ia sebenarnya saya susun untuk memberi gambaran bahwa begitu pentingnya proses menyunting tulisan agar ia benar-benar menjadi karya yang siap untuk disuapkan pada para pembacanya.Â
Mengenai berapa banyaknya jumlah dan waktu untuk penyuntingan itu secara terperinci, ya, itu kembali pada kebutuhan dan kemampuan penulis itu sendiri dalam memahamkan pembacanya. Â
Maka, boleh-boleh sajalah jika kemudian mengiaskan arti dari sebanyak-banyaknya orang yang membaca itu sebagai langkah kehati-hatian seorang penulis pada saat menyusun karyanya. Tatkala ia ingin karyanya itu banyak yang membaca, maka ia pun harus memberikan sajian tulisan yang apik bagi mereka.Â
Oleh sebab itulah, selain karya tulis itu bertumpu pada bangunan konsep, penyajian, dan keindahannya yang paripurna, maka ia pun tidak boleh lepas dari ikatan penyuntingan.
Selanjutnya, untuk menanggapi pertanyaan terakhir (masak iya sih, harus sebanyak itu?) ini, kita mungkin akan lekas tahu bahwa tanggapan ini mengandung sikap skeptis dari orang yang mengutarakannya. Pada diri mereka seakan muncul keraguan apakah saran memoles tulisan dengan sebanyak itu harus benar-benar dilakukan ataukah tidak.
Dari pernyataan (dalam bentuk pertanyaan) yang mengandung keraguan ini tentu akan bisa dikembalikan pada pihak yang menyampaikannya, apakah dengan proses penyuntingan yang telah ia praktikkan selama ini telah dianggap cukup untuk menyampaikan pesan yang dimaksud kepada para pembacanya?
Jika ia merasa tulisan itu sudah pantas terbit dengan beberapa kali sunting saja, yang misalnya indikator pantas itu adalah keterbacaan, rating, dan komentar, maka saran saya untuk menyunting sebanyak jumlah pembaca ini bolehlah kiranya diabaikan atau dianggap kiasan saja.Â
Mengapa demikian? Sebab tanpa melakukan sebanyak itu pun mereka telah mampu memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diangankan.Â