Dahulu, jika hal yang ingin ia tuju dari kegiatannya menulis itu adalah perihal yang sifatnya materi dan popularitas, maka kini ia berusaha untuk menghalaunya agar kesenangannya itu menuju pada ihwal yang lebih substansial, yakni sebagai alat untuk menggali kesadaran diri mengenai peran apa yang sebenarnya dipasrahkan untuk dirinya ketika berdiri di dunia.Â
Saat ini, bagi Dul Kaher menulis adalah medium untuk belajar dan mengevaluasi dirinya. Sebab ia menyadari bahwa sesempurna apapun perangainya sebagai manusia, ia tak akan pernah luput dari yang namanya kekurangan dan kesalahan. Oleh karenanya, tidak ada pilihan lain baginya yang dapat ia lakukan kecuali hanya berbenah.Â
Semenjak saat itu, ia selalu berkeinginan untuk membenahi dirinya melalui penelusuran atas segala kesalahan diri, yang hampir pasti semuanya itu ia tuangkan dalam bentuk tulisan.Â
Kesalahan yang ia torehkan dalam tulisan inilah yang akan menjadi catatan hitam pribadinya yang harus ia perbaiki kelak setelah ia selesai menulis, secara berkala.Â
Setelah beberapa kali ia mencoba menerapkan langkah-langkah menulis dengan motivasi yang demikian, seakan tak ada bosan-bosannya Dul Kaher untuk membuat tulisan, yang terkadang ia bagi pada beberapa media.
Siapa saja sangat mungkin akan berpikiran yang bukan-bukan atas perangai Dul Kaher yang terkesan unik ini. Sebab perangainya ini, ia bisa saja akan terkesan sebagai manusia yang membelakangi adat manusia pada umumnya.Â
Namun, sebenarnya ia bukanlah sosok ceroboh yang gemar mengumbar kesalahannya pada setiap orang sehingga akan terbuka secara nyata tabir-tabir aibnya. Tidak mungkin ia akan berbuat yang sedemikian nista itu.Â
Cara yang biasa ia gunakan untuk merekam kesalahannya adalah dengan melalui sebuah cerita tentang perjalanan hidupnya yang ia jadikan sebagai pengemas atas muatan hikmah yang mungkin saja akan mampu ia petik.Â
Sebab itulah, baik sedikit atau banyaknya orang yang telah atau akan membaca karyanya, Dul Kaher pun tetap akan bersyukur.
Ia dapat bersyukur saat memperoleh banyak pembaca, sebab ia kian memiliki peluang untuk berbagi pengalaman pada sesama.Â
Dan ia pun tetap bersyukur manakala tulisannya meraih sedikit pembaca, sebab setidaknya ia masih memiliki kesempatan berharga untuk menuliskan karyanya.Â