Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Penulis dan Karakter Tulisannya

19 Agustus 2020   02:45 Diperbarui: 19 Agustus 2020   04:38 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Nietjuh (Pixabay) 

Setelah beberapa kali kita membaca tulisan-tulisan populer dari beberapa penulis, kita mungkin akan mulai mengenal karakter tulisan mereka. Contohnya, saat kita membaca artikel-artikel yang ditulis di Kompasiana. Setelah kita mem-follow beberapa akun anggotanya dan membaca tulisan-tulisan mereka, tentunya kita akan mulai dapat menengarai, inilah karakter tulisan dari Kompasianer yang ini, ini ciri-ciri tulisan Kompasianer yang itu, dan seterusnya.

Hal ini sangat mungkin terjadi, sebab di sini ada kebebasan yang sebebas-bebasnya bagi para penulis untuk mem-posting tulisan mereka. Silakan tulisan dibuat dengan sesuka hatinya asalkan tidak (ketahuan) menjiplak karya orang lain dan menciptakan kegaduhan. 

Dan, jika kita mau meneliti lagi, sebenarnya masih banyak tulisan mereka yang tidak baku sebab tidak bersesuaian dengan kaidah penulisan dalam bahasa Indonesia. Satu dari sekian penulis itu, ya, tulisan saya sendiri. 

Saya biasa salah dalam mengeja tulisan (typo), sering tidak tepat dalam memilih diksi, dan seringkali tidak mampu dalam membentuk konjungsi, baik itu antar kalimat maupun antar paragraf. 

Jika ada tulisan-tulisan yang salah dari karya saya, itu adalah murni karena kebodohan saya, dan bukan karena saya sengaja ingin menulis yang salah. Meskipun sebenarnya sekali waktu saya juga pernah berangan-angan nakal untuk menyusun tulisan yang menyiksa pembaca, seperti, m4m@mN1hTul154n!1!1

Tulisan (Mamam Nih Tulisan!) ini adalah contoh tulisan yang akan membingungkan pembacanya. Mereka mungkin saja tidak hanya akan bingung saat membacanya namun juga akan sangat tersiksa. Sebuah siksaan yang entah disengaja atau tidak oleh penulisnya dengan menyodori pembacanya tulisan yang tak karuan dengan mengabaikan ejaan dan tanda baca.

Setelah membayangkan betapa menyiksanya hal ini jika saya sendiri yang berposisi pembacanya, maka sebuah niat bejat itu pun kemudian saya urungkan. 

Saya menyadari bahwa tanpa saya menyusun tulisan yang menyiksa pun sebenarnya saya sangat berkemungkinan untuk menciptakannya manakala saya tidak teliti saat menulis. Saya mengabaikan ejaannya. Saya tidak memilih diksi yang paling tepat. Saya tidak pandai menentukan konjungsi pada tulisan. Dan yang paling celaka adalah saat saya tidak memiliki konsep yang matang pada tulisan. 

Dan dengan belajar dari kesalahan-kesalahan macam ini saya pun akan tetap menulis dengan terus berusaha memperbaikinya, menyempurnakannya, sehingga tulisan saya menjadi lebih baik dari tulisan sebelumnya, meskipun kebaikan itu sebenarnya juga sangat subjektif sebab hanya berdasar pada penilaian saya saja. 

Saya merasa bersyukur sebab di Kompasiana ini terdapat fitur edit untuk naskah yang telah dipublikasikan, sehingga ketika penulis ingin memperbaiki naskah tulisannya sewaktu-waktu ini masih ada kesempatan, kecuali untuk tulisan tertentu yang dilombakan yang memang sepatutnya dikunci demi menjaga sportivitas dari para penulisnya.

Jadi, di sini Kompasioner tidak perlu ragu lagi untuk mem-posting tulisannya, bahkan untuk karya yang, misalnya, 'paling hancur' sekalipun. Dengan catatan, itu adalah karya sendiri (bukan plagiasi), tidak berpotensi menimbulkan kegaduhan, dan Anda memiliki rasa tega untuk menyiksa pembaca dengan semrawutnya tulisan.

Dan manakala ada pembaca yang tidak tersiksa dengan tulisan-tulisan buruk kita, ini mungkin saja terjadi karena beberapa alasan, misalnya, ia telah memaklumi dan memaafkan tulisan-tulisan buruk kita, ia sudah terlalu kebal untuk 'disiksa' dan 'disakiti' dengan karya-karya tulisan kita, atau bisa juga karena mereka merasa senasib sepenanggungan, yakni mereka pun biasa menyuguhkan tulisan-tulisan yang buruk untuk para pembaca lainnya. 

Khusus untuk golongan yang terakhir ini penulis akan mudah memaklumi kesalahan dari penulis lainnya, sebab ia sendiri pun telah berulangkali melakukannya. 

Dan, mengaca dari pengalaman yang sudah-sudah, sebenarnya ada hal yang lebih penting dibandingkan memurungkan diri untuk tetap menulis akibat kesalahan-kesalahan itu. Yakni menjaga konsistensi dalam menulis. 

Janganlah sampai sebab kesalahan yang masih dapat diperbaiki ini kemudian menjadikan seseorang menjadi minder dan enggan menulis sebab merasa terlalu terbabani dengan aturan-aturan penulisan. 

Silakan menulis dengan sebebas-bebasnya. Dan silakan mengoreksi sendiri kesalahan-kesalahan pada tulisan Anda, agar tulisan itu berubah menjadi semakin baik, kian mudah dipahami dan makin berkarakter dari waktu ke waktu. Jadi, tunggu apa lagi? Silakan tuliskan karya-karya Anda di sini! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun