Mohon tunggu...
kang abi
kang abi Mohon Tunggu... Relawan - Penggagas komunitas DUDUK DIAM

Pernah membawakan program siaran Sound Of Spirit (SOS) di radio Mustang 88FM jakarta (tahun 2004-2017). Penulis Buku Get Real ( Gagas media)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Cadar Biru

6 Maret 2020   20:18 Diperbarui: 6 Maret 2020   20:23 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kinanti


Tak penting lama waktu menanti

entah esok, kini atau tidak sama sekali

menanti berarti embun pagi dengan dinginnya

hujan dengan airnya

tangis dengan isaknya

cinta dengan kehilangannya

***

'K'

Rindu berarti benih perih sisa madu

pupuk dan airnya segala ceritra

tumbuh dan buahnya kegilaan dan sakit jiwa

***

Harap

Hujanilah hatinya yang meretas

kehidupan tanpa alas

biar basah dan benih tumbuh tertatih

lalu dukanya yang merobek lukanya

jadi gerak satti, samadhi  dan mati

oleh cinta yang meledak mendobrak

***

Sunyata

Kesepian ini alasan dari kepastian yang dicari

***

 

Guru Palsu

Komat-kamit rapal mantra

mengusir demit hantu dukkha

kentutmu ngelepus tak kuasa kau ja

ga

jagat raya sesumbar kau punya

Kelana!

Takut dan sepimu itu yang kau jajak

orang sakit engkau bajak

guru murid koor baca sajak

dompetmu penuh muridmu ngeluh

***

Pannati

Kerjamu memulung sampah

apapun yang kau sebut faktanya limbah

tapi apa lacur

mabuk orang dibuatnya

Tuhan, dewa, bahagia, cinta sebutan kau reka

tak kalah serunya, tarekat sesumbar dicipta

ada murid guru jadi derama

cukup!

santai aja kenapa..

duduk bersandar dibawah rimbun ini

lihat dan dengar

adakah denyut daun batang dan akar kini

***

Paramatha

Biarkan senja menatapmu manja

langit jingga sekitar jelaga

jangan tangkap sebagai citra

Tenang sebentar bersama semilir angin dermaga

asasnya bukanlah nokhta

hanya denyut ada-tiada

banyak mengira itu nama-rupa

hanya getar

menyusup

meresap hidup

***

 

Mimpi

Pejamkan mata sejuta abad lamanya

rasakan nafas masuk-keluar melangit jaraknya

terlalu jauh lari kau kira

disini kini nyatanya hanya

***

Daim Diam

Tungak-tengok kelana liar

tanah merah dikira marah

pohon tua disangka ada

terselubung yang dicari jauh dilubuk bumi

kelana!

keheningan jangan dicari pikiran

juga disentuh perasaan

ia pemalu dan selalu pemula

ia diam

daim

perginya

memetik batin malam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun