"Baik," jawabku.
"Kemarau masih panjang.
Masih berairkah sumurmu?"
"Apa maksudmu?" tanyaku.
"Tidak apa-apa, ku pikir engkau sudah bosan dengan lukisan abstrak itu."
"Maaf, ini bukan lukisan," kataku, "Tapi, sebuah puisi."
"Tanpa kata-kata?"
"Ah, engkau tidak akan mengerti, engkau bukan penyair."
lalu, aku robek-robek kertas itu
menjadi serpihan-serpihan angin, lalu aku taburkan
hingga beterbangan dihembus angin.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!