Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Kata

16 Oktober 2024   19:15 Diperbarui: 16 Oktober 2024   19:26 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata perkata meluncur tak beraturan, tenggorokan tercekat pena bermata tajam, meja berserakan, lusinan kertas putih kini penuh coretan.

Hendak mulai dari mana kata pembuka, mata sebagai pemindai telah di butakan keadaan. Hati mengolah kehampaan, isyarat mistik hanya bualan kenyataan.

Kata kemudian berperang, menjadi ranjau bagi segelintir pencari keadilan. Kata bermufakat dengan pemilik gagasan, menyodorkan diri sebagai pembenar, penutup argumen bahwa keadilan hanya polesan kuas pada keramik besar.

Kata kemudian hilang dari peradaban, atau peradaban itu telah dipancung perlahan oleh sekian ribu teori pembicaraan.

Jika dicari, sumber pengolah kata telah mati. Jika di cipta kembali, pengendapan rasa hanya permainan pencitraan komunikasi.

Kata telah lama kehilangan makna

#####

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun