Ketika kurikulum tentang rasa dihapus dari pelajaran sejarah, aku protes sekuat-kuatnya. Mengapa sesuatu yang menggenapi bangunan menara, yang menjadikan aku dan engkau bukan seonggok sampah, kini dengan semena-mena akan diganti peralatan canggih tanpa matahati, tanpa sakit dan pernah menyakiti.
Mengapa?
Ketika sang bijaksana hendak bertapa mencari tunjuk bagaimana mengolah suka, aku segera memejamkan mata, menutup telinga dari khutbah tentang betapa pentingnya menyayangi sesama manusia, memuliakan peradaban sebagai gambaran utuh bahwa kita adalah makhluk-NYA.
Mengapa?
Kita berada diwilayah cinta, berjalan dan berlari dengan nada cinta, menumbuhkan dan merawat kehidupan dengan kekuatan cinta.
Mengapa?
Cinta telah mencipta. Cipta melanggengkan cinta seperti asal mula tercipta. Kita adalah sama.
#####
Baganbatu, februari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H