Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Hutan Sepi Dalam Isi Kepalaku

20 Oktober 2022   18:34 Diperbarui: 20 Oktober 2022   18:35 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat malam mawar, selamat malam para daun bergoyang, selamat malam kepada sekumpulan semut kayu yang sedang mengadakan ritual. Aroma getah damar bercampur kemenyan, menelusup alun menambah sendu mataku.

Selamat malam kepada kalian yang mengaku mencintai hutan seperti istri keduamu, kita biasa berdusta, bahkan terbiasa menjadikanya rutinitas pengganti doa. Entah siapa sebenarnya kita.

Truk pengangkut kayu hilir-mudik di dalam mataku, pembakaran hutan hampir-hampir memusnahkan uban di kepala, longsor dan banjir bandang yang kemarin terjadi menerjang akal sehat dan isi otak kananku.

Kau bayangkan betapa sakitnya itu. Hutan sepi tanpa kunang-kunang menerangi bola mata, hanya guguran tanah humus bercampur sisa material tambang sesekali menyembur dari mulutku.

Kepalaku sakit sebelah, gelondongan kayu bernilai rupiah menggedor meminta jatah. Kepalaku hanya sebuah. Menampung keluh kesah para primata yang menjerit kehilangan tumpah darah.

Bayangkan oleh kalian yang sering berpidato tentang hutan rimba. Aku sakit, sekarat, dengan isi kepala berisi kutukan dan sumpah serapah serangga hingga puluhan jenis mamalia.

Hutan ini

Sepi

Hampir mati

Siapa peduli jika isi kepalaku adalah bunyi-bunyi tangis anak ular, siamang, macan akar, yang kehilangan masa depan.

Selamatkan hutan

Selamatkan kepalaku

Selamatkan kehormatanmu sebagai khalipah pemangku dunia.

#####

Baganbatu, oktober 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun