Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Negeri Seribu Pinta

15 Oktober 2022   07:54 Diperbarui: 15 Oktober 2022   07:56 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tangan menadah kelangit

Suara lirih memelas meminta

"Tuhan, beri kami kemakmuran. Sawah ladang habis terjual, anak keturunan hanya mampu menjadi kuli"

Doa tak berlebihan

Keinginan  sederhana akan perubahan keadaan

Maka sejak saat itu, seribu pinta segera bergemuruh. di kolong jembatan, emperan apartemen, ladang sepetak kering kerontang.

Wajah memelas, tubuh bergetar berharap belas kasihan alam, riuh suara tanpa rupa mengaminkan

Langit tetiba gempar, para penghuni bumi ramai menancapkan lidi sebagai tumbal.

Lidi perlambang sangkalputung penyambung harapan, menerjemahkan mau alam menyumbang sedikit kebaikan

Lelah telah terbayar

Tinggal menunggu hujan keajaiban

Semoga segera di datangkan

Pemimpin adil menyulap kemakmuran

Pinta hamba kepada Tuhan

#####

Baganbatu, oktober 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun