Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tetanggaku. Dahulu, Kini, dan [Mungkin] Nanti

20 Februari 2023   06:36 Diperbarui: 20 Februari 2023   06:54 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan untuk tanaman sayuran atau buah buahan, antar tetangga biasanya bebas mengambil tanpa perlu permisi, [yang di zaman sekarang mungkin akan segera di cari dalilnya di kitab suci, atau bisa di pidanakan lewat laporan polisi]. Bukan rakus atau tamak, antar tetangga zaman dulu punya kesantunan yang luar biasa, mengambil secukupnya, dan ketika tanamanya di ambil tetangga lain juga tidak pernah jadi masalah.

Jika waktu boleh di putar ulang, rasanya model bertetangga seperti dulu ingin kembali bisa di nikmati. hidup apa adanya, berpikir positif terhadap siapa saja, menghormati dan menolong sesama tanpa harus di ruwetkan oleh perbedaan status sosial, agama, suku, bahkan pilihan politik

2. Tetanggaku, Kini.

Zaman berubah dengan cepat, kemajuan teknologi membuat gaya hidup manusia berubah total. Apa yang dulu di agungkan sebagai nilai luhur kemanusian, kini perlahan luntur di gerus budaya baru dan cara pandang yang di pengaruhi kebiasaan dan nilai nilai dari luar. Tidak terkecuali dengan cara bertetangga.

Apalagi ketika media sosial menjadi kekuatan utama dalam berinteraksi, antar tetangga seperti terpaut jarak yang jauh, tetangga dekat tapi jauh di hati.

Kebetulan sekarang kami sekeluarga bertempat tinggal di lingkungan yang mayoritas di isi oleh orang-orang lebih muda secara usia, yang tentu saja punya kebiasaan dan cara pandang agak berbeda dengan prinsip keluarga kami.

Rumah tetangga kini kebanyakan telah berpagar tinggi, saling tegur hanya sesekal, itupun seperti sekedar basa-basi, kurang empati terhadap kesulitan orang lain meskipun itu tetangga sendiri, kurang peduli dengan lingkungan sekitar dan lebih asykl dengan media  sosial. Antar tetangga seperti menyimpan curiga, prasangka tidak baik lebih cepat mengemuka. Padahal secara pendidikan dan penguasaan ilmu pengetahuan, manusia zaman sekarang lebih unggul dan maju. Tapi nilai luhur penuh kearifan ternyata teringgal jauh.

3. Tetanggaku, (Mungkin) Nanti.

Memandangkan kehidupan bertetangga di zaman ini, rasanya ngeri membayangkan pola hidup bertetangga dikurun waktu duapuluh atau tigapuluh tahun nanti.

Apakah nanti kami dan tetangga akan kaku dan seperti robot ketika berinteraksi. Siapa lu siapa gue bisa jadi lebih mendominasi, keramahan khas manusia Indonesia hilang tergerus keangkuhan status sosial dan kekayàan kebendaan. Siapa menjamin model hubungan masyarakat tidak akan jatuh ketitik nadir. Saling sapa hanya sekedar seremonial belaka, rasa cinta kasih hanya teori yang tak lagi mampu menjadi hiasan dan kebanggaan setiap tetangga.

Dan ketika masa itu tiba, kami sekeluarga hanya mampu bermohon kepaďa Tuhan penguasa kehidupan, semoga kami tetap dipertemukan dengan tetangga kami seperti zaman dulu. Hidup guyup, rukun, saling bahu-membahu menciptakan kehidupan bermasyarakat yang damai dan bahagia.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun