Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Pengemis dari Hutan

9 Agustus 2022   20:10 Diperbarui: 9 Agustus 2022   20:30 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dahulu ia adalah tuan tanah, memiliki jutaan hektar hutan-rimba tempat singgasana, bermiliar jenis buah, seratus jutaan macam kayu dengan aneka guna.

Melompat dengan riang dari dahan kecabang, bergelantungan dengan ceria karena sumber pangan hanya sejangkauan tangan. Sungguh surga dunia yang di idamkan, pemberian Tuhan tanda kasih sayang kepada semua makhluk yang ada di alam.

Tapi kini, ketika manusia melaju bak mesin penghancur segala dimensi, merambah hutan demi tuntutan hidup akan kemajuan gengsi, menebang pohon untuk sekedar mengisi pundi-pundi.

Hutan di jarah atas nama kemanusiaan

Hutan di bakar dengan dalih demi pembangunan

Babat habis tanpa ada yang tertinggal

Hanya bangunan beton sebagai tanda keangkuhan

Ia kini mengemis di tanah sendiri, ia kini menjadi gelandangan di tanah subur yang di sediakan Tuhan

Kelaparan, kedinginan, kebingungan untuk sekedar merebahkan tubuh melabuhkan lelah perasaan

Tuan tanah yang kini menjadi jelatah, penguasa rimba yang kini harus menyusuri panas aspal sekedar mendapat belas kasihan dari manusia

Jika tidak di penangkaran, paling mulia harus hidup di taman suaka margasatwa

Bila nasib sedang sial, jadi santapan empuk pemburu kejam manusia bersenapan

Menangispun ia di anggap gurauan

Merontapun ia hanya jadi tontonan manusia yang kegirangan

Jika di dunia ada komisi hak asasi binatang, pasti ia akan mengadukan kekejaman ini agar tak terulang

Sungguh malang nasib penguasa hutan yang kini menjadi pengemis di lahan yang telah beralih fungsi

#####

Baganbatu,9 agustus 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun