Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Kembali Ketika Hampa Menyambut Salinan Makna

11 Desember 2020   06:44 Diperbarui: 15 Desember 2020   19:36 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entahlah. Entah sudah berapa lama kaki membatu di luar sana. Tanah tempat berpijak bagai adonan bara. 

Burung, dan bunga kamboja berbisik dengan nada curiga. Tak lagi mengenaliku sebagai tuan dari tanah subur beraroma syurga, atau mereka curiga dengan jenggot panjang dan celana cingkrang yang ku kenakan.

Ku lihat sepintas di hiasan gerbang penyambutan, orang-orang berperangai asing sibuk mondar-mandir. Kulit agak gelap kecoklatan, hidung agak pesek dengan perawakan biasa. Berbicara dengan bahasa ibu, tapi sulit kufahami maknanya.

Bau tubuh itu, sama seperti diriku. Aroma tanah bercampur lumpur menguar saling menyapa, otot menonjol menandakan aku dan mereka sama-sama pencari nafkah. Rakyat biasa, manusia biasa.

Tapi suasana kota ini bukan tanah kelahiranku yang lama. Mereka tak lagi menjemur senyum di beranda rumah, tak ada lagi tawaran canda-ceria melalui tegur sapa. Mata mereka merah, hampa dari kebeningan bersaudara, berbicara hanya bila dahan pohon menimpah atap rumah.

Benarkah ini kota kelahiranku. Baru kemarin aku pergi tidur menunggu matahari baru, terbangun di tanah luas penuh coretan. RASIS, SARA, INTOLERAN. Bahasa baru yang tak pernah diajarkan ibu.

Aku asing di tanah air yang melahirkanku.

*****

Baganbatu, desember 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun