Di iringi tingkah gerimis yang menabuh genderang tangis, bunyi gelegar memecahkan ringkik nakal cermin besar. Cekikikan bersanding kenikmatan mencuri ranum tawa haram, bersanding tangis penghianatan yang telah terlupakan, kapan tercipta di dua jiwa penuh gelora.
Rimbun kelompok perdu duduk merayu, tangkai-tangkai basah hingga ke putik mahkota. "Siapa sesal tak lagi di rasa, dosa dan nista telah jauh di renangi atas nama syurga berapi prahara".
"Dindaku jelita ratune bidadari pujaan hati, hinggaplah dalam pelukanku, bersemayamlah dalam rindang hangat kasih terlarang".
Kabar telah tersiar, tapi siapa peduli bila hasrat telah memenuhi birahi. Meneguk secawan anggur dengan mata terpejam, mencicipi gemulai angin syurgawi mengharap kan abadi.
*****
Baganbatu,18 oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H