Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Perselingkuhan Kakang Adi Merantap dan Nyai Suluhnewati

18 Oktober 2020   06:56 Diperbarui: 18 Oktober 2020   08:00 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di iringi tingkah gerimis yang menabuh genderang tangis, bunyi gelegar memecahkan ringkik nakal cermin besar. Cekikikan bersanding kenikmatan mencuri ranum tawa haram, bersanding tangis penghianatan yang telah terlupakan, kapan tercipta di dua jiwa penuh gelora.

Rimbun kelompok perdu duduk merayu, tangkai-tangkai basah hingga ke putik mahkota. "Siapa sesal tak lagi di rasa, dosa dan nista telah jauh di renangi atas nama syurga berapi prahara".

"Dindaku jelita ratune bidadari pujaan hati, hinggaplah dalam pelukanku, bersemayamlah dalam rindang hangat kasih terlarang".

Kabar telah tersiar, tapi siapa peduli bila hasrat telah memenuhi birahi. Meneguk secawan anggur dengan mata terpejam, mencicipi gemulai angin syurgawi mengharap kan abadi.

*****

Baganbatu,18 oktober 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun