Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Surah Yaasiin dari Emak

10 April 2020   06:24 Diperbarui: 10 April 2020   07:05 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Yaasiin, Wal quranil hakim,  Innaka laminal mursalin." Suara itu lamat-lamat menerobos hiruk pikuk keramaian malam kota Manhattan. Menerobos gedung-gedung pencakar langit, menelusup hingga ke ruang jiwa yang paling dalam. Itu yang di rasakan Burhan setiap malam, sepanjang pekan, bahkan sepanjang tahun ketika dirinya harus menetap melanjutkan studi di rantau orang.

Tapi malam ini terasa lain dari biasanya, suara surah Yassin yang terdengar terasa begitu syahdu. Seakan semua kepasrahan dan pengabdian, segala harapan dan tujuan berkumpul menjadi satu. Lewat alunan syahdu suratul Yaasiin, semua doa dan permintaan hendak di langitkan.

"Emak...," tanpa sadar dan tanpa di pinta, bibir Burhan mengucapkan sebuah nama yang mampu menggetarkan seluruh jiwa dan raga. Air mata telah menetes membasahi keheningan jiwa, teringat sosok agung yang berjuang dengan tulus ikhlas menghantar anaknya meraih puncak dunia.

Angan Burhan terbang melintasi jarak ribuan kilometer. Melintasi samudera. Melampaui benua. Hingga hinggap di sebuah rumah sederhana beratap daun rumbia, berada di Bagan batu-Riau pulau Sumatera.

Seorang wanita tua dengan wajah teduh menghias hidupnya. Rumah sederhana tanpa perabotan itu seakan bercahaya, seiring lantunan surah Yaasiin yang di baca dengan tartil dan sepenuh jiwa.

Ingatan Burhan di lontarkan kembali kemasa silam, tatkala ia masih kanak-kanak yang butuh curahan kasih sayang. Emak hanya seorang janda dengan dua anak yang masih kecil, Burhan anak pertama, sementara adik perempuanya masih lagi bayi merah. Bapak telah berpulang ke pangkuan Ilahi, dengan penyakit asma sebagai perantara ketetapan sang penguasa kehidupan.

Burhan ingat ketika itu, setiap malam dan siang menjelang, Emak pasti meluangkan waktu untuk mentadaruskan surah Yaasiin. Tidak dalam keadaan lapang ataupun sempit, bahkan dalam keadaan sakit dan kelaparanpun Emak tidak pernah meninggalkan amalan tersebut.

Emak mesti bekerja keras sendirian. Mencangkul ladang untuk di tanami sayuran, merawat dan memanen hasil kebun kemudian menjual sendiri setiap hari pasaran atau pekan. Bertahun-tahun itu yang di lakukan Emak hingga Burhan bisa tetap sekolah sampai sekarang, bahkan kuliah di negeri orang.

Kemanapun Burhan berada, suara Emak dengan surah Yaasiinya menyertai setiap jengkal langkah yang ia tempuh.

Tapi malam ini suara itu seakan memanggil kembali kesadaran Burhan untuk merenungkan tentang jati diri dan tujuan hidupnya hingga jauh-jauh merantau kenegeri orang. "untuk apa aku di sini?" begitu suara hati Burhan berusaha mengingatkan.

Apakah ini ada kaitanya dengan kejadian di minggu-minggu terakhir ini? Burhan mengingat semua kejadian yang terjadi di beberapa hari belakangan ini. Selain sibuk mengikuti perkuliahan, Burhan juga melakukan beberapa kegiatan yang mengharuskan ia bersama beberapa teman sefalkutas melakukan  perjalanan keluar kota untuk mengadakan penelitian singkat.

Melanie! Ya pasti ada hubunganya dengan Melanie. Teman satu jurusan dengan Burhan yang akhir-akhir ini dekat secara personal dengan dirinya. Bahkan ia beberapa kali memaksa mampir ke apartemen tempat Burhan tinggal. Sesuatu yang biasa menurut budaya sana, tapi sesuatu yang kurang pantas untuk Burhan yang seorang muslim. Apalagi itu di lakukan di tengah larut malam.

Dan puncaknya adalah ketika Melanie mengajak Burhan memasuki diskotik untuk merayakan ulang tahunya. Seumur-umur Burhan tidak pernah melakukan perayaan ulang tahun, bahkan mengingat hari kelahiranpun ia sudah hampir-hampir lupa. Burhan tidak melakukan sesuatu yang aneh selama di diskotik, tidak minum yang beralkohol, tidak menghisap rokok, tidak turun  berdisko ria seperti semua orang yang ada di dalam diskotik.

Tapi Melanie memeluknya dengan erat sebelum mereka pulang ke apartemen, menghadiahkan kecupan mesra dan hangat di bibir Burhan. Lagi-lagi sesuatu yang lumrah menurut adat kebiasaan bagi Melanie dan orang-orang di sana, tapi sesuatu yang sangat terlarang bagi Burhan si anak Emak.

Apakah Emak hendak mengingatkan Burhan agar tidak terjatuh kelembah kemaksiatan? Apakah ini cara Tuhan menegur hambanya yang lalai dan khilap? Atau ini pertanda Emak di kampung juga merasakan ada sesuatu yang tidak pantas tengah terjadi dengan buah hatinya?

"Emak. Maafkan Burhan. Diri ini hampir terlena dengan jerat dunia yang berupa kenikmatan menyimpan racun di dalamnya."

Burhan berharap permohonan maafnya di sampaikan Tuhan kepada Emak tersayangnya. Dan Burhan yakin akan hal itu.

Lantunan surah Yaasiin tetap menyertai kemanapun dan kapanpun  Burhan berada. Suara itu terdengar memenuhi seluruh rongga dada Burhan untuk senantiasa ingat kepada sang maha kuasa. Ternyata kasih sayang seorang ibu sepanjang hayat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun