Tetapi seharusnya ada tindak lanjut dari sekedar karnaval dan aneka perlombaan, mengapa kita tidak beramai-ramai mengunjungi para pejuang kemerdekaan di sekitar kita, para pejuang dan pahlawan yang kini pasti sudah berusia sepuh.
Mengapa tidak kita tunjukan rasa penghargaan kita dengan mulai memperhatikan bagaiman kehidupan mereka sekarang. karena yang namanya pahlawan kemerdekaan itu bukan hanya yang sudah di beri tanda pahlawan oleh pemerintah semata, ada banyak orang-orang tua di sekitar kita yang dulunya juga ikut berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari penjajah.
Mengapa pula tidak kita penuhi langit-langit nusantara dengan lantunan doa? Di masjid, gereja, vihara, kelenteng, dan tempat ibadah lainya. Tentu ini lebih bermakna daripada sekedar arak-arakan.
Belum lagi usaha kita untuk kembali menumbuhkan rasa satu nusa, satu bahasa, dan satu tumpah darah yang di tahun-tahun belakangan ini sering di koyak-koyak oleh aneka kepentingan tertentu.
Pada akhirnya, karnaval dan segala kemeriahan menyambut hari kemerdekaan adalah hal yang wajar tapi mesti di barengi dengan usaha untuk menumbuhkan semangat dan tekat sebagai satu kesatuan dalam bingkai NKRI.
Merdeka!
Ku tulis kata-kata ini dengan pena yang tintanya menyayat hati, terasa perih ketika nusantara di hempas perpecahan yang tak henti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H