Tapi bagi yang kontra, mereka juga punya argumen tersendiri untuk memaknai pertemuan itu dari kacamata pemahamanya.sebenarnya ini hal yang wajar di alam demokrasi moderen. Pro dan kontra adalah hal yang biasa.
Dan ketika Prabowo menyanggupi akan datang ke acara kongres  PDI-P ke lima di Bali, pro dan kontra kembali terjadi. Dan ketika Prabowo benar-benar hadir di acara tersebut, spekulasi tentang poros TK mencuat di langit politik nasional. Semua kekuatan politik di tanah air menunggu-nunggu dengan harap-harap cemas. Setidaknya sebagai antisipasi menentukan langkah politik ke depannya.
Akankah Mega dan Prabowo akan membentuk poros Teuku Umar-Kertanegara? Akankah peta politik berubah seiring makin mesrahnya dua kekuatan politik utama negeri ini? Biarlah itu menjadi urusan para elit politik yang hidup matinya memang tergantung dari seberapa besar kue kekuasaan yang bisa digenggamnya.
Bagi kita masyarakat awam, marilah mengkaji ulang rasa benci, permusuhan, perbedaan, yang sempat tercipta dari kuatnya dukungan kita kepada para tokoh panutan politik, yang mungkin di saat ini tokoh tersebut sedang sibuk mengkalkulasi bagian kekuasaan yang bisa ia pegang.
Sudah waktunya kita berpikir cerdas kedepan.permusuhan dan kebencian karena berbeda pilihan politik dan berbeda tokoh panutan adalah hal yang sia-sia.politik hanya seni mempermainkan kesempatan,politik tidak punya teman sejati.yang ada adalah kepentingan yang abadi.
Salam Indonesia damai
sumber :kompas.com/Merdeka.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H