Tubuh menggelepar di padang tandus tak berpagar, akar hutan jati siap meranggas seiring gugurnya daun. Kemarau telah membakar sebahagian harapan, menyembunyikan tangis  di bawah tanah kering kerontang tak bertuan
Kemana perginya dingin dan air mengalir di ajak sunyi, ciptakan guratan resah yang siap memangsa nalar di kedalamn jiwa. Alam bersenandung dengan nada pilu penuh kesedihan, wajah-wajah layu tengadah ke langit berharap setitik air kesejukan
Bumi kering kerontang di bakar sang raja siang, gumpalan awan hitam telah berlalu seiring irama alam. Hanya fatamorgana hilir mudik ciptakan aneka keriuhan, sering mengelabuhi pandangan yang penuh rindu akan kedamaian
Bumi kering kerontang menahan rindu, menantikan curahan kemurahan langit yang membilas rindu. Kapan ia kan datang?, kapan ia kan membawa berjuta keindahan, hanya waktu tempatnya mengadu, hanya semilir angin setia menyampaikan ingin
Bagan batu 5 agustus 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H