Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Puisi | Ketika Patah Hati

24 Juni 2019   08:46 Diperbarui: 24 Juni 2019   09:10 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matahari menangis mengenangkan, hujan gerimis terisak menyaksikan, ketika engkau tertunduk layu di ujung pembaringan, seakan beratnya beban tak sanggup engkau pikulkan

Saat patah hati di hantam penghianatan, janji suci tak lebih ikrar ucapan, engkau baru tersadar,engkau baru nanar, seribu kata manis berbisa tlah meracuni jiwa, sejuta harapan hanya bak fatamorgana

Air mata tlah kering mengingatkan, rasa duka tlah bosan menyadarkan. Langit terang berubah kelam, gugusan awan tak sudi lagi beredar, dalam gelapnya kamar engkau menyandarkan, sejenak lelah hati yang patah berserakan

Mengapa ini terjadi, kenapa aku harus tersakiti, seribu tanya yang entah siapa ingin menjawabnya, goresan luka jadi akhir kata tanya. Ketika patah hati jadi pertanda, cinta itu bukan tentang apa dan siapa

Bagan batu 24 juni 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun