Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Neng Lastri

10 Juni 2019   08:32 Diperbarui: 10 Juni 2019   08:35 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok pribadi/khairunisa/ps express

Menyimpan namanya di saku baju,membuat jantungku berdegup tak menentu.seakan barisan huruf yang di tulis di secarik kertas sobekan buku gambar itu sedang asyik bercengkrama dengan hatiku.mungkin hatiku yang memang sedang merindu,atau benar tulisan nama itu mulai mampu menggoda perasaan.

Neng Lastri namanya,mahasiswi tingkat akhir fakultas kedokteran UMSU Medan.bukan hanya kecantikan wajahnya nan ayu rupawan dan senyum menawan yang membetot perhatian,tapi kepedulianya kepada anak-anak tak mampu dan pada orang-orang jompo yang membuat neng Lastri bagai bidadari di kumpulan bintang

"Apakah aku mulai mencintai gadis blasteran Sunda,Simalungun,dan jawa ini?"

Kadang hatiku mulai berbisik pelan kedalam jiwa,sangat pelan,karena takut secarik kertas yang berisi namanya akan membongkar rasa hatiku.segala kemungkinan harus di perhitungkan,ini masalah hati dan perasaan.

Dok pribadi/uswahtun hasanah/ps express
Dok pribadi/uswahtun hasanah/ps express

Aku hanya seorang guru bantu,membantu mengajar segala hal dengan sukarela.bukan sarjana,bukan terpelajar,apalagi berharta.apakah mungkin seorang mahasiswi rupawan,dari keluarga terpandang,masa depan cerah,masih mau menyisahkan ruang di hatinya untuk lelaki sepertiku.

Sering kecamuk pikiran ini ku tanyakan kepada tiang-tiang listrik,pagar-pagar taman,tong sampah yang kedinginan,bahkan pada mobil pak camat yang parkir di halaman kelurahan.tapi bisa di tebak apa jawaban mereka?hanya diam

"pagi kang,......"

Aku pernah minum es cendol buatan mang Dirman yang legendaris di Rantau prapat,tapi segarnya belum bisa mengalahkan suara merdu barusan.

"selamat pagi,mbak-mbak semuanya.tumben pagi ini sudah bersiap-siap,ada kegiatan pagi?"

Mulut berbicara tapi mata dan perasaan entah kamana,hendak ku kutuk mata ini yang seakan tak tahu malu dengan berterus terang menyatakan kekaguman.sebentar melirik ke arag sang bidadari,sebentar menunduk menyembunyikan gejolak hati.bah,aku ini laki-laki,tapi kali ini seperti kehilangan keberanian.

"ini loh kang,kami hendak mengadakan senam pagi bersama dengan ibu-ibu PKK di kelurahan."

Aku sudah tidak fokus lagi dengan kata-kata barusan,bahkan sekedar kalimat jawabanpun sepertinya belum tersedia di pikiran.rona merah yang sempat tampak di pipi indahnya ketika tatapan mataku dan matanya bertabrakan tadi seakan membekukan seluruh panca indraku.

"Apakah ia juga merasakan apa yang ku rasakan? " atau dia telah tahu seluruh isi perasaanku,siapa yang memberi tahukanya? Ah aku lupa dengan secarik kertas yang berisi namanya.yang ku simpan di saku baju dekat hatiku,pasti kertas itu yang membocorkan rahasia hatiku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun