Mulut berbicara tapi mata dan perasaan entah kamana,hendak ku kutuk mata ini yang seakan tak tahu malu dengan berterus terang menyatakan kekaguman.sebentar melirik ke arag sang bidadari,sebentar menunduk menyembunyikan gejolak hati.bah,aku ini laki-laki,tapi kali ini seperti kehilangan keberanian.
"ini loh kang,kami hendak mengadakan senam pagi bersama dengan ibu-ibu PKK di kelurahan."
Aku sudah tidak fokus lagi dengan kata-kata barusan,bahkan sekedar kalimat jawabanpun sepertinya belum tersedia di pikiran.rona merah yang sempat tampak di pipi indahnya ketika tatapan mataku dan matanya bertabrakan tadi seakan membekukan seluruh panca indraku.
"Apakah ia juga merasakan apa yang ku rasakan? " atau dia telah tahu seluruh isi perasaanku,siapa yang memberi tahukanya? Ah aku lupa dengan secarik kertas yang berisi namanya.yang ku simpan di saku baju dekat hatiku,pasti kertas itu yang membocorkan rahasia hatiku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H