Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Hantu" Menjelang Lebaran Itu Bernama "Belanja"

24 Mei 2019   17:25 Diperbarui: 24 Mei 2019   17:31 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebaran sebentar lagi,baju baru belum terbeli.padahal hampir semua pusat perbelanjaan memberi iming iming diskon yang mengguncang iman

Sudah jadi suratan takdir menjelang lebaran di republik ini,semua yang serba baru seakan sesuatu yang wajib ada.baju baru,kendaraan baru,hp baru,alat alat elektronik dan rumah tangga yang serba baru.

Maka ramailah pusat pusat perbelanjaan,mall,pasar pasar tradisional.semua tumplek blek mencari segala kebutuhan lebaran.tua muda,laki perempuan,kaya miskin,tidak akan ada yang mau ketinggalan.

Ada nggak ada,harus ada

Celakanya kita jadi lupa pada kemampuan diri sendiri. atas nama kesucian lebaran,atas nama menyemarakan lebaran,sesuatu yang seharusnya di hindari malah jadi kebutuhan.bahkan seolah olah "belanja"aneka kebutuhan lebaran adalah bagian dari rangkaian ibadah.ramadhan,belanja,lebaran,bersuka ria.

Belanja seolah adalah kewajiban. tidak ada lebaran tanpa belanja segala hal yang terkadang terkesan berlebihan.kalau ada baju yang masih layak pakai,ngapain mesti mengeluarkan anggaran untuk membeli baju baru? kalau kendaraan masih layak pakai,ngapain memaksakan diri harus punya motor atau mobil baru?

Akhirnya kita terjerumus kepada sifat mubazir dan berlebih lebihan.padahal puasa ramadhan adalah lahan untuk kita melatih diri dari segala hawa nafsu yang sering menggiring manusia melakukan kesia siaan.tapi "belanja"berlebihan selama akhir ramadhan untuk menyambut lebaran adalah gambaran betapa kita absen dari memetik hakikat puasa ramadhan.

Berapa uang yang terbuang percuma demi gengsi menyambut lebaran?

Apapun alasanya,islam sangat membenci ummatnya yang berlebih lebihan dalam segala hal.coba kita bayangkan,berapa besar uang yang beredar dari kantong orang orang muslim selama ramadhan dan idul fitri.seandainya setiap keluarga muslim di indonesia punya pengeluaran untuk kebutuhan lebaran rata rata 1 juta,di kali jutaan keluarga muslim yang ada,sungguh dahsyat kekuatan ekonomi ummat islam sesungguhnya.

Tapi sayang seribu kali sayang,kekuatan ekonomi ummat islam ternyata hanya di habiskan untuk kebutuhan konsumsi semata.coba seandainya fotensi ini di gunkan untuk membantu sebahagian ummat yang masih di lilit kemiskinan dan kesusahan,berapa jumlah orang miskin yang bisa kita angkat derajatnya? berapa banyak ummat yang bergembira karenanya

Mari kita insyafi diri,mari kita instrofeksi diri,adakah kita telah mampu menahan hawa nafsu? adakah kita telah menjadi manusia yang baru?.baru bukan di ukur dari segala pakaian dan perlengkapan yang serba baru dan berlebihan,tapi menjadi manusia baru yang mampu mengendalikan hawa nafsu.

Masih ada waktu bagi kita untuk memperbaiki diri,sebelum "hantu" bernama belanja membenamkan kita ke jurang kehinaan dunia akhirat.semoga bermanfaat.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun