Lebaran sebentar lagi,baju baru belum terbeli.padahal hampir semua pusat perbelanjaan memberi iming iming diskon yang mengguncang iman
Sudah jadi suratan takdir menjelang lebaran di republik ini,semua yang serba baru seakan sesuatu yang wajib ada.baju baru,kendaraan baru,hp baru,alat alat elektronik dan rumah tangga yang serba baru.
Maka ramailah pusat pusat perbelanjaan,mall,pasar pasar tradisional.semua tumplek blek mencari segala kebutuhan lebaran.tua muda,laki perempuan,kaya miskin,tidak akan ada yang mau ketinggalan.
Ada nggak ada,harus ada
Celakanya kita jadi lupa pada kemampuan diri sendiri. atas nama kesucian lebaran,atas nama menyemarakan lebaran,sesuatu yang seharusnya di hindari malah jadi kebutuhan.bahkan seolah olah "belanja"aneka kebutuhan lebaran adalah bagian dari rangkaian ibadah.ramadhan,belanja,lebaran,bersuka ria.
Belanja seolah adalah kewajiban. tidak ada lebaran tanpa belanja segala hal yang terkadang terkesan berlebihan.kalau ada baju yang masih layak pakai,ngapain mesti mengeluarkan anggaran untuk membeli baju baru? kalau kendaraan masih layak pakai,ngapain memaksakan diri harus punya motor atau mobil baru?
Akhirnya kita terjerumus kepada sifat mubazir dan berlebih lebihan.padahal puasa ramadhan adalah lahan untuk kita melatih diri dari segala hawa nafsu yang sering menggiring manusia melakukan kesia siaan.tapi "belanja"berlebihan selama akhir ramadhan untuk menyambut lebaran adalah gambaran betapa kita absen dari memetik hakikat puasa ramadhan.
Berapa uang yang terbuang percuma demi gengsi menyambut lebaran?
Apapun alasanya,islam sangat membenci ummatnya yang berlebih lebihan dalam segala hal.coba kita bayangkan,berapa besar uang yang beredar dari kantong orang orang muslim selama ramadhan dan idul fitri.seandainya setiap keluarga muslim di indonesia punya pengeluaran untuk kebutuhan lebaran rata rata 1 juta,di kali jutaan keluarga muslim yang ada,sungguh dahsyat kekuatan ekonomi ummat islam sesungguhnya.
Tapi sayang seribu kali sayang,kekuatan ekonomi ummat islam ternyata hanya di habiskan untuk kebutuhan konsumsi semata.coba seandainya fotensi ini di gunkan untuk membantu sebahagian ummat yang masih di lilit kemiskinan dan kesusahan,berapa jumlah orang miskin yang bisa kita angkat derajatnya? berapa banyak ummat yang bergembira karenanya
Mari kita insyafi diri,mari kita instrofeksi diri,adakah kita telah mampu menahan hawa nafsu? adakah kita telah menjadi manusia yang baru?.baru bukan di ukur dari segala pakaian dan perlengkapan yang serba baru dan berlebihan,tapi menjadi manusia baru yang mampu mengendalikan hawa nafsu.
Masih ada waktu bagi kita untuk memperbaiki diri,sebelum "hantu" bernama belanja membenamkan kita ke jurang kehinaan dunia akhirat.semoga bermanfaat.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H