Mohon tunggu...
Rachmat Sonjaya
Rachmat Sonjaya Mohon Tunggu... -

Penulis yang PNS, PNS yang Menulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Delapan Kebersamaan

3 April 2014   18:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:08 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berjarak 8 (delapan) tahun dari hari itu adalah hari ini. Itu artinya kami sudah melalui 8×365 hari atau 2920 hari sebagai pasangan suami istri. Kalau ragu dengan hasilnya hitung saja sendiri. Dalam rentang waktu yang tak sebentar namun terasa tak lama itu, tentu banyak cerita yang telah digoreskan dalam legder kehidupan pernikahan kami. Ada yang berlabel suka ada pula yang bertema duka. Sayang saya tak sempat menghitung untuk kemudian memberitahu kamu berapa banyak cerita bertema suka dan berapa banyak pula kisah berlabel duka. Yang jelas kalau diperbandingkan, kisah duka itu hanyalah pemanis dari kebahagiaan yang senantiasa mengiringi setiap jejak langkah kami.

Salah satu momen kebahagiaan yang paling spesial, tapi gak pake telor karena sudah punya, adalah saat empat tahun berselang dari hari itu, sesosok mahluk tuhan paling lucu, entah bagaimana caranya bisa meloloskan diri dari dalam perut istri saya. Aksinya itu ibarat Houdini yang sedang melepaskan diri dari jebakan yang mengancam nyawa. Tapi kali ini yang terancam bukan hanya si bayi, tapi juga juga ibunya yang tengah berjuang di antara hidup dan mati.

Dan tepat saat adzan isya  berkumandang, seorang wanita yang tak lagi muda, bisa kamu saksikan sedang menggendong bayi mungil berkulit putih, bermata sipit dan berbibir merah. Tampan sekali. Sejenak saya terhenyak dengan realitas itu. Benarkah ini anak saya? Namun ketika saya menoleh ke arah istri saya yang sedang nampak kepayahan, keheranan saya sirna sudah. Kesadaran pun merasuki diri, bersamaan dengan keinsyafan yang meresap di nurani. Ternyata segala keelokan bayi itu bermuara dari ibunya. Subhanallah!

Zie, begitu bayi yang sekarang hampir genap empat taun itu disapa. Singkatan dari Ghazy Rakan Ayyasy. Sudahlah, tak perlu mengernyitkan dahi untuk sekedar tahu apa artinya, sebab akan segera saya tularkan pengetahuan saya tentang arti nama itu kepada kamu. Kita pasti sepakat bahwa nama itu diambil dari kata dalam Bahasa Arab yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia bermakna “Pejuang yang Mulia dan Panjang Umur”. Semoga saja demikian adanya. Aamiin. Eh kamu tahu gak kalo dalam waktu yang tidak lagi lama, Zie bakalan punya adik yang juga laki-laki? Pasti tahu donk, kan saya kasih tahu barusan. Kalau masih belum tahu juga, jawabannya adalah iya. Jadi tolong jangan bilang belum tahu lagi ya.

Di hari pernikahan kami yang kini genap delapan tahun, mungkin seharusnya saya melakukan hal-hal luar biasa untuk merayakannya. Seperti membuat kejutan kecil dengan memberi kado yang disembunyikan di dalam tasnya biar pas dia buka jadi kaget lalu bilang “Ayah so sweet ih.” Mengerjainya dengan cara bersekongkol dengan tayangan reality show salah satu TV swasta biar dia kesel lalu nangis, tapi pada akhirnya akan ketawa bahagia melihat saya datang menutup acara sambil membawa sekuntum bunga. Atau barangkali berlagak romantis dengan mengajaknya dinner di salah satu restoran terkenal di Bandung, bertemankan lantunan syahdu suara biduan dan remangnya cahaya lilin. Keren ya sepertinya?

Tapi saya tak hendak terjebak dengan aksi stereotype semacam itu ah. Kalau boleh saya bilang, itu terlalu mainstream. Saya ingin membuat sesuatu yang unik yang merepresentasikan diri saya yang sesungguhnya. Apa itu? Kamu gak perlu tahu lah. Biarlah itu menjadi rahasia yang hanya saya dan tuhan saja yang tahu. Bukannya saya sombong atau pelit. Tapi ini menyangkut masalah privasi. Kamu pun tak sudi bukan andai kehidupan pribadimu di-kepo-in sama orang?

Nah, terkait dengan angka delapan yang menjadi penanda kebersamaan kami, ada beberapa fakta mencengangkan yang layak kita ketahui dan renungkan bersama. Fakta itu jadi ada karena saya sengaja mencarinya di internet biar delapan tak hanya jadi sekedar angka. Dan ketika mengetikkan angka delapan di internet, google sang penjawab segalanya memunculkan sekitar 8.370.000 hasil. Saya jadi senang kalau begini, karena itu artinya saya tidak perlu cape dan repot mengarang sendiri tentang makna filosofis di sebalik angka delapan. Lalala, yeyeye, hore, hore, hore.

Menurut salah satu situs yang saya kunjungi karena berada pada urutan paling atas pada hasil pencarian, delapan itu ternyata memang sebuah angka yang tak biasa. Si penulis artikel yang entah dari mana mendapat inspirasi, berkata bahwa fenomena angka delapan dapat diketahui dengan cara melihatnya dari berbagai sudut pandang. Dari sudut pandang numerik, angka 8 dibentuk dari  dua buah angka 0 yang terhubung/menyatu. Secara bentuk dan rupa, angka 8 menyerupai rantai besi. Dari segi karakter, angka 8 bersifat kontinu, tidak berujung dan tidak putus. Dan secara filosofis angka 8 melambangkan adanya suatu hubungan persatuan seperti rantai yang saling terkait, mengikat dan menyatu. Begitu, katanya.

Saya sih sebenarnya bukan orang yang mudah percaya dengan hal-hal semacam numerologi yang membuat orang jadi mengkultuskan angka tertentu karena dipercaya ada kekuatan mistis di sebaliknya. Sebab saya yakin angka hanyalah sebuah media bantu bagi manusia untuk mengembangkan akal dan fikirnya, bukan malah untuk menumpulkannya. Tapi di sisi lain saya juga percaya bahwa di setiap yang telah tuhan ciptakan, pasti ada pelajaran bersamanya, termasuk pada angka delapan. Tapi pelajaran itu tentu tak akan serta merta muncul jika kita hanya berdiam diri dan tidak berfikir.

Sedangkan saya, melalui proses berfikir si penulis artikel itulah akhirnya mendapatkan pelajaran tentang makna filosofis dari angka delapan sehingga saya harus berterimakasih kepadanya untuk itu. Dan andai apa yang telah diungkapnya lewat tulisan memang demikian adanya, semoga saja makna positif yang melekat pada angka delapan tersebut, dapat menjadi semacam inspirasi dan motivasi bagi kami untuk membentuk sebuah keluarga yang akan menjadi pengejawantahan surga di fananya dunia. Rumahku syurgaku, itulah dia.

Sukajadi, 02 April 2014

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun