Seperti sudah menjadi suatu gaya hidup bagi kebanyakan orang, menikmati secangkir kopi atau teh paling pas dilakukan saat di pagi hari sebelum memulai aktivitas atau di sela-sela waktu rehat kerja. Kopi dan teh yang awalnya hanya merupakan minuman saat bersantai di rumah atau di tempat kerja bagi sebagian orang, kini bahkan menjadi sebuah ikon yang dipercaya masyarakat perkotaan bahwa 'kalau tidak ngopi / ngeteh, gak keren'.
Secara tidak langsung, istilah yang muncul di masyarakat tersebut memberi label pada dua jenis minuman ini sebagai minuman yang dapat meningkatkan taraf hidup sosial karena kedua minuman ini, entah bagaimana, menjadi minuman yang dijadikan sebagai suatu life style. Memang, dari segi manfaat, kedua minuman ini cukup baik bagi tubuh selain karena minuman ini bisa dinikmati oleh semua kalangan. Manfaat kedua minuman ini adalah karena dapat memberi sensasi rileks atau tenang, yang merupakan efek dari kandungan zat kafein.
Kafein adalah suatu stimulan pada sistem syaraf pusat. Bekerja dengan memberi rangsangan pada otak. Kafein secara alami ditemukan pada produk makanan dan minuman seperti kopi, teh, kola, minuman bersoda dan coklat. Sumber bahan tanaman dari kafein termasuk kola nuts, guarana, dan yerba mate. Kafein juga dapat ditemui dalam bentuk sediaan obat resep dan non resep.
Kafein digunakan untuk memulihkan ketenangan dan kesadaran mental selama kelelahan dan kantuk. Kafein juga diketahui digunakan untuk pengobatan sakit kepala dan migrain, pada sejumlah suplemen penurun berat badan, dan beberapa produk minuman terkenal.
Karena itu tidak salah bila minuman sebanter kopi dan teh dipercaya bisa membantu seseorang bekerja lembur saat diminum malam hari. Terlebih kopi, selain karena rasanya yang pahit juga memang mampu membuat mata tetap melek. Sementara teh sendiri yang memiliki rasa lebih ringan dan awalnya hanya sebagian besar digandrungi oleh kaum hawa tetap menjadi primadona saat bersantai pada pagi, siang, sore dan malam hari.
Walau bila dinilai dari segi rasa, kopi memiliki efek dan rasa lebih kuat dari teh, tidak sedikit dari perempuan penikmat teh ikut mencoba menjajal kenikmatan secangkir kopi. Sehingga yang awalnya hanya mencoba dan memang sudah terbiasa menikmati teh, kini malah beralih ke kopi.
Pernah ada sebuah kasus tentang kopi Vietnam, di mana menimpa seorang perempuan (28 tahun) yang saat itu ditemukan tewas usai menenggak secangkir kopi Vietnam di sebuah restoran di Jakarta Pusat. Penemuan akhirnya mengarah pada peningkatan efek kafein dalam kopi yang diminum si perempuan akibat berinteraksi dengan produk pelangsing yang juga tengah dikonsumsinya.
Memang dalam artikel itu tidak menyebutkan produk yang sementara dikonsumsi si perempuan, akan tetapi beberapa fakta belakangan ini menunjukkan sejumlah produk pelangsing mengandung suatu bahan yang dapat menekan rasa ingin makan dan lapar, yaitu amfetamin.
Amfetamin adalah sebuah stimulan dan penahan rasa ingin makan. Ia merangsang sistem syaraf pusat (syaraf dan otak) dengan meningkatkan sejumlah zat kimia tertentu di dalam tubuh. Ini meningkatkan irama jantung dan tekanan darah serta mengurangi rasa ingin makan, merupakan beberapa efek kerja Amfetamin.
Amfetamin digunakan untuk pengobatan narkolepsi, berupa gangguan fokus aktivitas dan kesadaran akibat serangan tidur yang kadang terjadi secara mendadak. Selain itu, Amfetamin juga digunakan untuk tujuan lain di luar dari petunjuk pengobatannya.
Sebagai bagian dari zat psikotropika golongan II, amfetamin kini dikontrol penggunaannya secara ketat di seluruh dunia. Dengan kemampuannya menghambat fungsi hormon serotonin dalam tubuh untuk memberikan informasi ke otak kalau tubuh sedang lapar atau lelah, maka kebanyakan obat ini disalahgunakan untuk penanggulangan penyakit obesitas. Bersama beberapa zat turunannya, seperti metamfetamin, obat jenis ini berpotensi kuat menyebabkan ketergantungan bagi pemakainya.
Lalu, bilamana produk pelangsing yang dikonsumsi perempuan itu terbukti mengandung amfetamin, maka apa yang terjadi?
Zat kafein yang berasal dari kopi bila dikonsumsi secara rutin dapat memicu irritabilitas, detak jantung abnormal, bahkan serangan jantung. Lalu dengan hadirnya amfetamin dari produk pelangsing yang digunakan, juga dapat memicu peningkatan tekanan darah, sakit kepala, pandangan kabur, dan detak jantung tidak teratur. Sehingga bukan tidak mungkin bagi perempuan tersebut tiba-tiba terkena serangan jantung setelah mempertemukan kedua zat itu di dalam tubuhnya.
Di sini saya simpulkan bahwa antara kafein dan amfetamin tidak akan bisa 'akur' bila dikonsumsi secara bersamaan. Bahkan dengan tujuan penggunaan yang berbeda, namun memiliki efek yang sama, akan menghasilkan efek berkali-kali lipat dan mengakibatkan resiko berbahaya bagi tubuh.
Amfetamin yang saat ini masih banyak beredar dalam beberapa produk pelangsing, seharusnya membuat kita sadar dalam memilih program diet. Bukannya mendapatkan hasil diet yang diinginkan, malah penyakit ketergantungan obat dan kematian. Diet yang sehat adalah saat kita masih bisa menikmati makanan dan minuman kesukaan dengan tetap bisa menerapkan pola makan sehat. Jadi, hindari produk-produk pelangsing berbahaya yang akan mengganggu gaya hidup kita untuk menikmati kopi atau teh bersama keluarga dan teman.
Â
Daftar pustaka:
Drug Abuse Handbook, editor in chief: Steven B Karch, M.D, San Francisco-California, 1998
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H