Amfetamin digunakan untuk pengobatan narkolepsi, berupa gangguan fokus aktivitas dan kesadaran akibat serangan tidur yang kadang terjadi secara mendadak. Selain itu, Amfetamin juga digunakan untuk tujuan lain di luar dari petunjuk pengobatannya.
Sebagai bagian dari zat psikotropika golongan II, amfetamin kini dikontrol penggunaannya secara ketat di seluruh dunia. Dengan kemampuannya menghambat fungsi hormon serotonin dalam tubuh untuk memberikan informasi ke otak kalau tubuh sedang lapar atau lelah, maka kebanyakan obat ini disalahgunakan untuk penanggulangan penyakit obesitas. Bersama beberapa zat turunannya, seperti metamfetamin, obat jenis ini berpotensi kuat menyebabkan ketergantungan bagi pemakainya.
Lalu, bilamana produk pelangsing yang dikonsumsi perempuan itu terbukti mengandung amfetamin, maka apa yang terjadi?
Zat kafein yang berasal dari kopi bila dikonsumsi secara rutin dapat memicu irritabilitas, detak jantung abnormal, bahkan serangan jantung. Lalu dengan hadirnya amfetamin dari produk pelangsing yang digunakan, juga dapat memicu peningkatan tekanan darah, sakit kepala, pandangan kabur, dan detak jantung tidak teratur. Sehingga bukan tidak mungkin bagi perempuan tersebut tiba-tiba terkena serangan jantung setelah mempertemukan kedua zat itu di dalam tubuhnya.
Di sini saya simpulkan bahwa antara kafein dan amfetamin tidak akan bisa 'akur' bila dikonsumsi secara bersamaan. Bahkan dengan tujuan penggunaan yang berbeda, namun memiliki efek yang sama, akan menghasilkan efek berkali-kali lipat dan mengakibatkan resiko berbahaya bagi tubuh.
Amfetamin yang saat ini masih banyak beredar dalam beberapa produk pelangsing, seharusnya membuat kita sadar dalam memilih program diet. Bukannya mendapatkan hasil diet yang diinginkan, malah penyakit ketergantungan obat dan kematian. Diet yang sehat adalah saat kita masih bisa menikmati makanan dan minuman kesukaan dengan tetap bisa menerapkan pola makan sehat. Jadi, hindari produk-produk pelangsing berbahaya yang akan mengganggu gaya hidup kita untuk menikmati kopi atau teh bersama keluarga dan teman.
Â
Daftar pustaka:
Drug Abuse Handbook, editor in chief: Steven B Karch, M.D, San Francisco-California, 1998
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H