Musim hujan 2012-2013 belum lagi sampai puncaknya tetapi berbagai wilayah di daerah sudah didera bencana banjir dan tanah longsor, tak terkecuali ibu kota negara, Jakarta.
Berbeda dengan daerah lainnya di tanah air, di Jakarta masalah banjir memiliki banyak implikasi. Di ibu kota negera itu banjir tidak hanya berkait dengan persoalan sosia- ekonomi masyarakat, tetapi juga kerap dikaitkan dengan politik.
Hal itu terbukti dalam pilgub Juli 2012 lalu, semua cagub menjadikan gagasan pengendalian banjir sebagai program (janji) unggulannya. Tidak mau ketinggalan, Jokowi pun menjanjikan hal yang sama. Janji itulah yang kini menjadi salah satu beban (hutang) politik Jokowi selaku gubernur Jakarta terpilih.
Lepas dari apa wujud (teknis-logis) program pengendalian yang sedang digodok Jokowi, apakah pengerukan dasar sungai, pembangunan waduk, pembangunan banjir kanal, dan/atau relokasi penduduk dari bantaran kali, yang pasti semuanya akan memakan biaya yang sangat besar.
Belum genap dua bulan menjabat, ketika program penanggulangan banjir masih dalam tahap penyusunan dan penjajakan, Jokowi sudah dihadapkan pada kenyataan berulangnya penyakit kronis Jakarta yang bernama banjir.
Menyadari bahwa banjir bisa menjadi ukuran sukses-tidaknya seorang gubernur DKI, sementara penanggulangan banjir bukanlah perkara mudah dan sangat mahal, Jokowi pun pada akhirnya (meski masih terlalu dini) terpaksa berkata “Saya bukan Superman”.
Sebuah pernyataan yang sangat manusiawi, jujur, dan realistis.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
JIka Jokowi yang notabene punya kuasa memerintah bersedia mengakui bahwa dirinya bukan Superman, tidak demikian halnya dengan sebagian masyarakat (di Jakarta) yang dengan penuh rasa percaya diri menawarkan kesaktiannya (lewat iklan) dalam mengendalikan cuaca. Mereka itu bangga menyebut diri mereka pawang hujan.
Berikut tiga contoh (cuplikan) iklan jasa pengendalian hujan yang dapat dijumpai di internet.
“…menerima jasa 'Pawang Hujan' untuk event/kegiatan/acara harian, mingguan maupun bulanan… dengan metode islami (dzikir dan do'a)…”
“…Jasa pawang hujan melayani wedding dan acara lainnya
Hub.0813196XXXX dan 0818088XXXX…”
JASA SINGKIR HUJAN
Untuk event event berskala kecil seperti akad dan resepsi nikah, maupun skala besar seperti Kejuaraan Olah raga di lapangan terbuka, Konser Musik, dan Event lainnya.
Dengan doa yg tulus dan niat yg baik, InsyaAllah hasilnya baik.
Silakan hubungi 0812166XXXX / 0813166XXXX
Bukankah klaim dalam iklan-iklan tersebut bisa dikategorikan klaim luar biasa? Bila klaim tentang kemampuan mengendalikan hujan itu benar, tidakkah para pawang hujan itu layak disebut Superman? Andai para Superman itu bersedia membantu Jokowi yang sekarang sedang dibuat pusing oleh banjir di Jakarta, bukankah sang gubernur dapat dengan mudah mewujudkan janji-janji kampanyenya?
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Akan bersediakah para pawang hujan bersatu mengerahkan kekuatannya guna membantu pemprov DKI mencegah banjir? Secara matematis, harusnya ya!
Sejauh ini para ahli pengendali hujan itu bekerja tak terkoordinasi, cenderung bersolo karir, mencari klien sendiri-sendiri. Klien mereka kebanyakan keluarga yang ingin pestanya berjalan lancar, bebas dari gangguan hujan.
Lalu, berapa besarkah uang jasa yang mereka terima dari klien? Tergantung hasil nego dan “omset” acara yang dijamin. Yang pasti tidak akan melampaui angka 9 digit (1 milyar). Malahan lebih banyak keluarga klien yang hanya mampu membayar kurang dari 3 juta.
Mengingat keahlian dan jasamereka boleh dibilang luar biasa, mereka layak mengajukan proposal kepada Pemda DKI atau pemerintah kota-kota langganan banjir lainnya, dengan jaminan 99,9% terlindung dari banjir.
Keluarbiasaan mereka memungkinkan mereka mampu memindahkan hujan, misalnya memindahkan hujan dari wilyah Bogor danJakarta ke Laut Jawa. Bukankah dengan begitu berarti Jakarta akan terbebas dari banjir?
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Secara matematis-ekonomis, rakyat dan Pemprov DKI di bawah pimpinan Jokowi (rasanya) tidak akan keberatan mengeluarkan dana puluhan milyar setahun asalkan wilayah ibu kota itu bebas dari banjir. Sebab, dari beberapa kasus banjir di DKI kerugian yang timbul bisa mencapai triliunan rupiah.
Jika para pawang bisa mengendalikan hujan dan banjir, banyak penghematan yang dapat diambil Pemda DKI. Sebab anggaran untuk kanal banjir, pengerukan dasar sungai, pembuatan waduk, atau relokasi pemukim bantaran kali bisa ditekan atau bahkan ditiadakan.
Dengan menggarap proyek cegah banjir kota-kota besar seperti Jakarta, para pawang hujan tentunya tidak perlu lagi menawarkan jasa lewat iklan atau dengan cara door to door yang imbalannya hanya "uang receh" sejuta-dua juta rupiah saja.
Dengan membantu pemerintah mencegah banjir sama artinya dengan mengabdi untuk rakyat, berbakti kepada daerah dan/atau negara. Pahalanya pasti jauh lebih besar dan, yang pasti, uangnya akan jauh lebih banyak.
Maukah? Mampukah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H