“Astagfirullahalazim. Pak, kami ini juga muslim Pak, kami juga berpuasa Bapak” timpal Tarsim terbata-bata mencoba memohon pengertian para penghancur lapak mereka.
“Gak usah berlagak istigfar segala kamu. Tahu apa kamu soal agama, kamu ini setan munafik tahu!” sergah si pria tinggi besar sambil melayangkan tinjunya ke rahang Tarsim (bogem mentah itu menyebabkan Tarsim kesulitan mengunyah makanan selama seminggu).
Puas mengobrak-abrik lapak para pedagang makanan yang umumnya (terutama Tarsim) bermodal cekak itu, para penyerang itu pun pergi dengan , meninggalkan bahana teriakan “Allahu Akbar”.
Tinggallah para pedagang terminal dengan derita fisik, batin, dan kerugian ekonomi yang membuat mereka lunglai.
“Ya Allah, apa sesungguhnya dosa hamba Mu yang lemah ini? JIka memang pekerjaan hamba Mu ini sebuah dosa yang tak termaafkan, hamba rela menerimanya ya Allah. Tetapi perkenankan hamba Mu meminta jalan keluarnya ya Rabb. Hamba tak punya ketrampilan lain selain berjualan seperti ini ya Allah” ratap Tarsim memohon kepada Allah sambil memangku putrinya diiringi isak tangis istrinya
Sambil memandangi wajah dan membelai rambut putrinya yang tampak pucat yang mulai tertidur karena shok dan kelelahan itu, Tarsim bergumam: “Maaf kan ayah Sayang, ayah tak berdaya, ayah mungkin tak bisa memenuhi janji ayah untuk membelikan mu baju baru di hari fitri nanti”
28 Juni 2011
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI