Mohon tunggu...
M Kanedi
M Kanedi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya sebutir debu semesta

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Virus ISIS Lebih Berbahaya dari Virus Ebola

2 Agustus 2014   08:21 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:37 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Ebola Virus Disease

Penyakit Virus Ebola  (dulu dikenal dengan Demam Berdarah Ebola) yang sekarang sedang membuat sibuk jajaran WHO di  kawasan Afrika, adalah  salah satu jenis penyakit mematikan dengan tingkat fatalitas mencapai  90%. Data kronologis wabah Ebola yang dirilis WHO mengungkapkan bahwa sejak ditemukan pertama kali tahun 1976 hingga tahun 2012 (36 tahun), penyakit Ebola sudah menewaskan 1590 jiwa.

Dengan tingkat kematian seperti itu wajar bila penyakit yang diduga menular dari sejenis kelelawar-buah dari familia Pteropodidae ini ditakuti.  Rasa takut itulah yang mendorong WHO bekerja keras mencegah meluasnya penyebaran virus tersebut ke seluruh dunia. Untungnya berbagai sifat virus Ebola sudah banyak diketahui, karena itu teknik pencegahan dan pengedalian penyakit ini sedikit banyak juga sudah diketahui dan bisa diterapkan.

Militia ISIS

ISIS (The Islamic State of Iraq and Syria) adalah organisasi yang didirikan untuk menegakkan ke-khalifahan Islam di daerah-daerah  yang didominasi golongan Sunni di Iraq. Keterlibatan organisasi itu dalam perang saudara di Syria mendorong organisasi pimpinan  Abu Bakr al-Baghdadiitu lantas memasukkan pula Syria ke dalam ‘peta’ kekhalifahannya.

Seakan tidak puas dengan peta yang hanya meliputi dua negara itu, ISIS kemudian memperluas lagi cakupan ‘peta’ kekhalifahan mereka ke seluruh kawasan Mediterania Timur bekas wilayah kekaisaran Otoman. Di Eropa kawasan itu lebih dikenal dengan sebutan Levant yang meliputi Cyprus,Israel,Jordania,Lebanon, Palestina, dan Turki bagian selatan.

Dalam aksinya, ISIS dikabarkan bertindak brutal. Perampokan dan penjarahan adalah cara kelompok ini mengumpulkan dana. Sementara pembunuhan (eksekusi) adalah metode kelompok ini mengenyahkan pesaing dan lawan politiknya. Sedikitnya 700 warga sipil dan 1700 tentara dilaporkan tewas dieksekusi ISIS dalam bulan Juni 2014 lalu.

Lantas apa hubungannya Virus Ebola dengan Militia ISIS?  Ya tidak ada! Tetapi keduanya memiliki kesamaan dalam beberapa hal. Keduanya sama-sama ganas dan mematikan. Keduanya sama-sama bisa menyebar dengan cepat.

Jumlah korban yang masif

Jika dibandingkan dengan penyakit menular lain, seperti DBD dan HIV,  keganasan virus Ebola tidak bisa dianggap  enteng. Tetapi jika dibandingkan dengan ISIS,korban virus Ebola menjadi tidak ada apa-apanya. Virus Ebola membunuh 1590 orang dalam 36 tahun, tetapi ISIS telah mengeksekusi lebih dari 2000 orang hanya dalam sebulan. Bayangkan, akan berapa banyak korban ISIS dalam 30 tahun jika organisasi turunan Al Qaeda itu terus beraksi. Jadi, bedasarkan jumlah korban, virus Ebola ternyata tidaklah seganas ISIS.

Menyebar dengan cepat

Virus Ebola bisa menular kepada seseorang melalui kontak langsung dengan cairan tubuh, ludah, muntah atau darah korban. Gejala kesakitan timbul setelah dua hari hingga tiga minggu pasca tertular. Dibandingkan dengan penyakit menular lainnya, penyakit Ebola boleh dibilang sangat cepat.

Meskipun begitu, dalam sejarahnya Ebola lebih banyak berjangkit di Afrika ketimbang negeri-negeri tropis lainnya. Artinya, kita tidak perlu terlalu panik menyikapi pemberitaan wabah Ebola di Afrika sekarang ini, kecuali bagi mereka yang pernah dan sering melancong ke benua hitam tersebut.

Jika dibandingkan dengan ISIS kecepatan dan jangkauan penularan virus Ebola juga tidak ada apa-apanya.  Ebola butuh waktu dua hari hingga tiga mingguan untuk menimbulkan gejala kesakitan pada orang yang tertular, tetapi ISIS hanya butuh waktu menit hingga jam saja untuk mengendap di benak para simpatisannya.

Bayangkan, hanya dalam hitungan menit sejak diunggah ke internet, paham dan gagasan (ideologi) ISIS bisa menjangkiti otak jutaan orang di seluruh dunia. Di Indonesia, efeknya sudah kita saksikan dimana ratusan orang bisa dikumpulkan dengan mudah  di Kampus II UIN Jakarta hanya dalam hitungan hari pasca beredarnya video “Join the Ranks”. Di sana (konon) mereka rela dibai’at untuk mendukung gerakan ISIS.

Kehebatan daya tular ‘virus’ ISIS di Indonesia mungkin belum seberapa jika dibandingkan dengan keberhasilannya di Inggris, dimana sedikitnya 1500 jihadist dari negeri Pangeran Charles berhasil direkrut dan ikut berjuang bersama ISIS dengan slogan "There is no life whitout jihad".

So, sebagai warga bangsa Indonesia mana yang lebih penting kita cermati, Ebola Virus Disease atau ISIS?

Salam Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun