Mohon tunggu...
KANAYA NAJLA
KANAYA NAJLA Mohon Tunggu... Arsitek - saya sehat.

hobi saya hidup sehat.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aku Kehilangan Percaya

30 September 2022   20:57 Diperbarui: 30 September 2022   21:03 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Astaghfirullah. Hio, kalau kamu nggak mau diminta tolong lebih baik kamu menolak daripada terpaksa sambil marah-marah." Hio tahu neneknya punya sedikit masalah dengan amarahnya. Jadi diteriaki seperti ini baginya tidak membuat terkejut.

"Ya maaf, aku juga nggak tahu kalau bakal tersandung. Itu juga nggak sengaja" balas Hio sambil segera kembali masuk ke ruang tamu.

"Kamu ini bisanya apa? Di rumah juga nggak berguna. Daritadi hanya diam saja. Coba liat adikmu itu disana. Yang seperti dia baru akan sukses. Di sekolahnya juara satu. Suka bantu-bantu." Suara Nenek semakin meninggi seiring dengan melayangnya tongkat bantu jalan miliknya ke tubuh Hio beberapa kali. Hio hanya diam saja karena yang seperti ini sudah pernah terjadi beberapa kali di masa lalu jadi kalau sakit juga sudah tidak terasa. Yang sakit malah perkataan yang sedari tadi dilontarkan Nenek kepada Hio

"Kamu itu nggak bakal sukses kalau apa-apa nggak bisa. Sudah tidak bisa apa-apa, tidak cantik pula. Mau jadi apa kamu?"

Entah mengapa hari ini Nenek jadi lebih mudah naik pitam. Hio cuma diam membisu karena kalau ia bicara juga tidak akan merubah apa-apa.

"Nilai saja pas-pas an. Masih tidak mau belajar.  Kamu itu nggak lebih baik dari adikmu. Sadar diri."

Tangannya mengepal, Hio mati-matian menahan air matanya agar tidak menangis di hadapan Nenek. Daripada mengeluarkan amarahnya, Hio memilih berlari ke dalam kamarnya. Ia tutup rapat-rapat pintu kamar agar isaknya tidak terdengar sampai keluar. Hari itu rasanya Hio hancur. Dimarahi seperti ini bukan hal baru baginya, tapi yang barusan benar-benar seperti menginjak nginjak hatinya.

Dari luar, sayup-sayup masih terdengar suara omelan Nenek tak henti hentinya.

Tak berapa lama, Ibu pun pulang ke rumah. Hio bisa dengar sedikit kalau Ibu sedang berbicara sambil berbisik bisik kepada adik Hio. Agaknya adik menceritakan kejadian yang terjadi sebelumnya kepada ibu.

Suara knop pintu dibuka buat Hio waspada. Ternyata itu ibu datang dengan membawa minuman rasa cokelat dalam botol. "Kak, kalau Nenek seperti begitu tadi, udah. Nggak apa. Jangan banyak dipikirkan, Nenek mu itu kan baru sembuh, kamu tahu sendiri. Ibu juga terkadang nggak nyaman tapi mau bagaimana lagi. Sudah, cukup dengar saja. Kamu jangan melawan balik, ya?."

Hio tak terbiasa berbicara dari hati ke hati bahkan sampai menangis di depan kedua orang tuanya. Jadi ia hanya mengangguk sambil menarik napas dalam-dalam, membenamkan diri dibalik bantalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun