Tercatat di Navigasi Indonesia e-commerce 2021 produk fashion menjadi retting tertinggi berbelanja online. Gen Z menyukai soft selling dibandingkan hard selling mereka juga lebih banyak terpengaruh oleh sosial media.
Gen z sangat mudah implusif dalam membeli suatu barang terutama berbau fashion, sedangkan perkembangan fashion itu sangat cepat hingga muncul istilah "fast fashion".Â
Implusif buying adalah keputusan pembelian tanpa direncanakan sebelumnya. Â Fast fashion sendiri adalah pakaian atau produk fashion yang harganya murah serta sangat trendi dan di produksi secara massal.Â
Menurut teori Trickle-up fast fashion terjadi karena trend fashion baru ditentukan oleh kelas sosial, ketika trend tertentu sudah sangat popular hingga di kalangan bawah maka kalangan atas akan meninggalkan trend tersebut dan mencari tren baru lagi.Â
Seperti influencer yang membuat konten review fashion ketika konten viral di khalayak maka dia tinggal menikmati hasil dan berlanjut membuat konten-konten baru disertai keranjang kuning.
 Tentunya gen z tidak sadar secara tidak langsung dengan hal sederhana menonton konten influencer lalu mengklik keranjang kuning telah membuat sampah pakaian semakin menumpuk.  Tercatat pada Fibre2Fashion konsumen akan membuang 60% pakaiannya setahun setelah membeli dan trend fashion akan terus berubah ubah.
Gen z sangat up to date dan suka mengikuti trend karena sering bermain social media dan Sebagian besar konsumen Gen Z mengikuti selebriti di media sosial untuk mencari inspirasi pakaian yang sedang trend.Â
Bisa dibilang tren produk fashin ditentukan oleh masyarakat, karena selebriti media sosial berperan sebagai trendsetter. Dalam hal ini bukan ditentukan oleh mereknya, melainkan oleh seleb media sosialnya. melihat pakaian lucu atau sedang trend di konten para influencer, gen z langsung cepat membeli pakaian itu terlebih harganya murah.Â
Dengan kemimplusifan gen z tersebut tidak memikirkan dampak yang terjadi Dimana pada tahun 2017 industri pakaian telah menggunakan 54 juta ton bahan baku sintesis polyester.Â
Menurut Industri fast fashion menggunakan bahan kimia pada lebih dari setengah proses produksinya, selain polyester atau bahan baku sintetis.Â